Jenis-jenis Tablet Part II
7. Tablet Effervescent
Yaitu tablet berbuih yang dibuat dengan cara kompresi granul yang mengandung garam effervescent atau bahan-bahan lain yang mampu melepaskan gas atau berbuih ketika bercampur dengan air (Ansel, 1985). Tablet effervecent dimaksudkan untuk menghasilkan larutan secara tepat dengan menghasilkan CO2 secara serentak. Tablet khususnya dibuat dengan jalan pengempa bahan-bahan aktif dengan campuran asam-asam organik seperti asam sitrat, asam tartat dan natrium bikarbonat. Bila tablet dimasukkan dalam air, mulailah terjadi reaksi kimia antara asam dan menghasilkan CO2 serta air. Reaksinya cukup cepat dan biasanya selesai dalam waktu satu menit atau kurang. Disamping menghasilkan larutan yang jernih, tablet ini juga menghasilkan rasa yang enak karena adanya karbonat yang membantu memperbaiki rasa beberapa obat tertentu. Keuntungan tablet Effervesent sebagai bentuk obat yaitu kemungkinan penyiapan larutan dalam waktu seketika, yang mengandung dosis obat yang tepat. Disamping itu tablet ini juga memiliki kerugian dan merupakan salah satu alasan untuk menjelaskan mengapa pemakaiannya terbatas, ialah kesukaran untuk menghasilkan produk yang stabil secara kimia, bahkan kelembaban udara selama pembuatan produk mungkin sudah cukup untuk memulai reaktivitas effervescent, selama reaksi berlangsung air yang dibebaskan dari bikarbonat menyebabkan autokatalisis dari reaksi, kelambapan udara disekitar tablet sesudah wadahnya dibuka juga menurunkan kualitas yang cepat dari produk (Lachman dkk., 1989)
8. Tablet Hipodermik (HT)
Yaitu tablet untuk dimasukkan di bawah kulit, merupakan tablet triturat, biasanya digunakan oleh dokter untuk membuat larutan parental secara mendadak yaitu menyiapkan obat injeksi yang berhubungan dengan volume dan kekuatan obat yang diinginkan disesuaikan dengan kebutuhan pasien secara perorangan (Ansel, 1985).
9. Tablet Barbiturat
Tablet ini bentuknya kecil dan biasanya silinder, dibuat dengan cetakan atau dibuat dengan kompresi, biasanya mengandung sejumlah kecil obat keras. Tablet triturat harus cepat dan mudah larutnya dalam air, dalam formulanya biasanya selalu dihindari bahan yang tidak larut dalam air (Ansel, 1985). Tablet triturat harus cepat dan mudah larut seluruhnya dalam air sehingga bila tablet ini dibuat dengan jalan kompresi, maka tekanan atau kompresi yang diperlukan kecil. Beberapa tablet triturat biasanya digunakan untuk pemberian obat secara oral, dan beberapa penggunaan di bawah lidah contohnya tablet nitrogliserin. Para ahli farmasi menggunakan tablet ini dalam mengolah campuran obat untuk membuat bentuk sediaan cairan atau padat lainnya. Misalnya, tablet biasa dengan mudah diisikan ke dalam kapsul untuk menyediakan obat keras dalam jumlah yang tepat. Tablet ini oleh ahli farmasi juga digunakan untuk melindungi sediaan cair seperti yang tertulis dalam resep dengan cara melarutkan sejumlah larutan dari tablet dalam sedikit air, kemudiaan dibuat sediaan ini, volumenya dibuat sesuai dengan obat campuran yang telah diperkuat (Ansel, 1985)
10. Tablet dengan Pelepasan Terkendali
Tablet yang pelepasan obatnya secara terkendali dan secara ideal proses tersebut diharapkan berlangsung pada laju yang konstan tanpa tergantung pada pH dan kandungan ion pada semua bagian saluran cerna. Tujuan utama dari suatu produk obat pelepasan terkendali adalah untuk mencapai efek terapetik yang diperpanjang, disamping juga untuk memperkecil efek samping yang tidak diinginkan yang disebabkan oleh adanya fluktuasi kadar obat dalam plasma (Ansel, 1985)
11. Tablet Pembagi
Yaitu tablet untuk membuat resep lebih tepat jika disebut tablet campuran, karena para ahli farmasi memakai tablet ini untuk pencampuran dan tidak pernah diberikan kepada pasien sebagai tablet itu sendiri. Tablet ini mengandung sejumlah besar bahan obat keras dan diolah untuk membantuk ahli farmasi dan memungkinkan mereka mendapat dengan cepat ketepatan dan mengukur obat keras yang berpotensi dalam menyiapkan bentuk sediaan padat atau cair lainnya. Pengencer atau dasar dari tablet biasanya dalam air untuk memungkinkan membuat larutan berair yang jernih. Tablet-tablet ini dibuat dengan jalan mencetak atau kompresi. Bahan penghancur, pelicin, zat warna, zat penambah rasa dan penyalut tidak diperlukan dalam pembuatan tablet ini. Terutama karena bahaya sekali jika kurang hati-hati sehingga obat ini sampai kepada pasien, sekarang tablet pembagi tidak digunakan lagi. Saat ini para ahli farmasi lebih umum memakai tablet kompresi atau tablet triturat yang dibuat untuk perdagangan dalam mencampur resep dan obat-obat yang tidak tersedia sebagai bahan baku, tetapi tersedia dalam bentuk sediaan obat (Ansel, 1985)
12. Tablet Implantasi
Tablet implantasi atau tablet depo dimaksudkan untuk ditanam di bawah kulit manusia atau hewan. Tujuannya adalah untuk mendapatkan efek obat dalam jangka waktu yang lama, berkisar dari satu bulan sampai satu tahun. Dibuat sedemikian rupa agar obat yang terkadung dilepaskan dengan kecepatan yang konstan. Penggunaan utama dari tablet implementasi dan bentuk depo adalah untuk pemberian hormon pertumbuhan pada hewan penghasil makanan (Lachman dkk., 1989)
13. Troches dan Lozenges (Tablet Isap)
Kedua jenis tablet ini adalah bentuk lain dari tablet untuk pemakaian dalam rongga mulut. Penggunaannya dimaksudkan untuk memberi efek lokal pada mulut atau kerongkongan. Bentuk tablet ini umtumnya digunakan untuk mengobati sakit tenggorokan atau untuk mengurangi batuk pada influenza. Lozanges dapat dibuat dengan mengempa sedangkan troches dibuat dengan cara kempa seperti halnya tablet lain. Kedua jenis tablet ini dirancanga agar tidak mengalami kehancuran di dalam mulut, tetapi larut atau terkikis secara perlahan-lahan dalam jangka waktu 30 menit atau bahkan kurang (Lachman dkk., 1989)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar