Gambar 1. Pankreas (klikdokter.com) |
Diabetes melitus adalah penyakit kronis yang ditandai dengan kadar glukosa darah di atas normal
Diabetes melitus terjadi akibat adanya gangguan fungsi hormon insulin yang berpengaruh pada metabolisme Karbohidrat, lemak dan protein. Dalam kondisi normal kurang lebih 50% glukosa dimetabolisme menjadi karbondioksida dan air, 50% glikogen dan kuranglebih 30-40% menjadi lemak.
Pada diabetes melitus, semua proses itu terganggu, glukosa tidak dapat masuk ke dalam sel sehingga energi utama diperoleh dari metabolisme protein dan lemak (proses lipofisis).
Hormon yang berperan dalam produksi insulin antara lain :
1. Regulasi feedback (-) dari insulin dan glukagon diatur oleh somtostatin
2. Hormon yang dapat meningkatkan kadar glukosa darah :
a. GH (Growth hormone)
b. ACTH (Adrenokortikotropin)
c. Gastrin dan sekretin.
Kadar Normal insulin dalam darah : 30-50mU/L. Kadar puncak pada sore hari dan rendah pada
malam hari
Patofisiologi :
1. Terjadi peningkatan glukagon
2. Produksi glukosa oleh hepar meningkat
3. Somatostatin menurun
4. Growth hormon, cortisol, epinephrin dll meningkat
Diabetes melitus melibatkan : Metabolisme karbohidrat, metabolisme protein, dan metabolisme lemak.
1. Metabolisme Karbohidrat
Pulau-pulau Langerhans di pankreas memiliki 3 tipe sel :
a. alfa- cell yang berfungsi untuk memproduksi glukagon
b. beta-cell yang berfungsi untuk memproduksi, menyimpan dan melepaskan insulin
c. gamma-cell yang berfungsi menghambat sekresi insulin dan glukagon
2. Metabolisme Protein
Untuk mempertahankan integritas protein diperlukan glukosa internal sel sebagai sumber energi
Jika insulin berkurang, maka glukosa intrasel juga akan berkurang
Otot yang memerlukan energi, akan mengambilnya dari proses katabolisme protein menjadi asam
amino
Asam amino dibawa ke hati untuk diubah menjadi glukosa (glukoneogenesis)
3. Metabolisme Lemak
Insulin memacu pembentukan Trigliserida dari asam lemak bebas.
Jika insulin berkurang, maka asam lemak bebas akan teroksidasi menjadi aseton, asam asetoasetat,
asam hidroksibutirat (benda-benda keton).
Dengan adanya benda-benda keton, akan menimbulkan metabolik ketoasidosis, pH darah turun,
diuresis dan terjadi proses dehidrasi.
Tipe-Tipe Diabetes Melitus :
1. Diabetes Melitus Tipe 1(IDDM)
- meliputi 4-5% dari total penderita DM, 90% disebabkan oleh faktor genetis
- kerusakan beta-cell dapat terjadi aktibat autoimun dan idiopatik
- menyebabkan terjadinya defisiensi insulin secara absolut
- cenderung terjadi pada usia relatif muda
2. Diabetes Melitus Tipe 2 (NIDDM)
- Terjadi defisiensi sekresi insulin oleh pankreas.
- Terjadi resistensi insulin di sekitar jaringan
- Lebih banyak disebabkan oleh lifestyle yang salah, contoh : pola makan yang menyebabkan
obesitas dan kurangnya olahraga
3. Diabeter Melitus Gestasional
- Terjadi pada trisemester 2 dan 3
- Hormon plasenta (prolaktin, estrogen dan progesteron) memblok aksi insulin
4. Diabetes Melitus Tipe Khusus
- Sekresi insulin terganggu atau aksi insulin minimal
- Infeksi virus : CMV, rubella dll
- Pemakaian obat jangka panjang : glukokortikoid, tiazid, dilatin dan interferon
Tanda dan Gejala :
1. Polyuria (Jumlah urin yang dikeluarkan lebih banyak)
2. Polydipsia (sering/cepat merasa haus)
3. Polyphagia (lapar yang berlebihan/makan banyak)
4. Glycosuria (kencing terus)
5. Gangguan penglihatan/rabun secara tiba-tiba
6. Berat bedan menurun tanpa ada sebab yang jelas
7. Cepat lelah dan lemah setiap waktu
8. Apabila luka/tergores lambat penyembuhannya
9. Mudah terkena infeksi terutama bagian kulit
10. Kesemutan/mati rasa pada ujung syaraf di telapak tangan dan kaki
Diagnosis :
1. GDP (8jam) >126mg/dl pada 2kali atau lebih pemeriksaan
2. GD 2 PP > 200mg/dl dengan intake 75mg glukosa pada TTGO
3. GDS/GDA > 200mg/dl
4. HbA 1c positif (pemeriksaan 3 bulanan)
5. Pemeriksaan fungsi ginjal, TD, TG, LDL dan HDL kolesterol diperlukan jika sudah terjadi
komplikasi
Penatalaksanaan Diabetes Melitus
Penatalaksanaan diabetes melitus mempunyai tujuan akhir untuk menurunkan morbiditas dan mortalitas diabetes melitus, yang secara spesifik ditujukan untuk mencapai 2 target utama, yaitu :
1. Menjaga agar kadar glukosa plasma berada dalam kisaran normal
2. Mencegah atau meminimalkan kemungkinan terjadinya komplikasi diabetes.
The American Diabetes Association (ADA) merekomendasikan beberapa perameter yang dapat digunkan untuk menilai keberhasilan penatalaksanaan diabetes.
Gambar 2. Target Penatalaksanaan Diabetes |
Pada dasarnya ada dua pendekatan dalam penatalaksanaan diabetes, yang pertama pendekatan tanpa obat dan yang kedua adalah pendekatan dengan obat. Dalam penatalaksanaan DM, langkah pertama yang harus dilakukan adalah penatalaksanaan tanpa obat berupa pengaturan diet dan olah raga. Apabila dengan langkah pertama ini tujuan penatalaksanaan belum tercapai, dapat dikombinasikan dengan langkah farmakologis berupa terapi insulin atau terapi obat hipoglikemik oral, atau kombinasi keduanya.
Terapi Tanpa Obat
1. Pengaturan Diet
Diet yang baik merupakan kunci keberhasilan penatalaksanaan diabetes. Diet yang dianjurkan adalah makanan dengan komposisi seimbang dalam hal karbohidrat, protein dan lemak, sesuai dengan kecukupan gizi baik sebagai berikut :
- Karbohidrat : 60-70%- Protein : 10-15%
- Lemak : 20-25%
Jumlah kalori disesuaikan dengan pertumbuhan, status gizi, umur, stres akut dan kegiatan fisik, yang pada dasarnya ditujukan untuk mencapai dan mempertahankan berat bada ideal.
Penurunan berat badan telah dibuktikan dapat mengurangi resistensi insulin dan memperbaiki respons sel-sel beta terhadap stimulus glukosa. Dalam salah satu penelitian dilaporkan bahwa penurunan berat bada 5% dapat mengurangi kadar HbA1c sebanyak 0,6% (HbA1c adalah salah satu parameter satus DM), dan setiap kilogram penurunan berat badan dihubungkan dengan 3-4bulan tambahan waktu harapan hidup.
Selain jumlah kalori, pilihan jenis bahan makanan juga sebaiknya diperhatikan. Masukan kolesterol tetap diperlukan, namun jangan melibihi 300mg per hari. Sumber lemak diupayakan yang berasal dari bahan nabati, yang mengandung lebih banyak asam lemak tak jenuh dibandingkan asam lemak jenuh. Sebagai sumber protein sebaiknya diperoleh dari ikan, ayam (terutama daging dada) tahu dan tempe, karena tidak banyak mengandung lemak.
Masukan serta sangat penting bagi penderita diabetes, diusahakan paling tidak 25 g per hari. Disamping akan menolong menghambat penyerapan lemak, makanan berserta yang tidak dapat dicerna oleh tubuh juga dapat membantu mengatasi rasa lapar yang kerap dirasakan penderita DM tanpa resiko masukan kalori yang berlebihan. Disamping itu makanan sumber serta seperti sayran dan buah-buahan segar umumnya kaya akan vitamin dan mineral
2. Olah Raga
Berolah raga secara teratur dapat menurunkan dan menjaga kadar gula darah tetap normal. Saat ini ada dokter olah raga yang dapat dimintakan nasihatnya untuk mengatur jenis dan porsi olah raga yang sesuai untuk penderita diabetes. Prinsipnya, tidak perlu olah raga berat, olah raga ringan asal dilakukan secara teratur akan sangat bagus pengaruhnya bagi kesehatan.
Olahraga yang disarankan adalah yang bersifat CRIPE (Continuous, Rhytmical, Interval, Progressive, Endurance Training). Sedapat mungkin mencapai zona sasaran 75-85% denyut nadi maksimal (220-umur), disesuaikan dengan kemampuan dan kondisi penderita. Beberapa contoh olah raga yang disarankan, antara lain jalan atau lari pagi, bersepeda, berenang, dan lain sebagainya. Olahraga aerobik ini paling tidak dilakukan selama total 30-40 menit per hari didahului dengan pemanasan 5-10 menit dan diakhiri pendinginan antara 5-10 menit. Olah raga akan memperbanyak jumlah dan meningkatkan aktivitas reseptor insulin dalam tubuh dan juga meningkatkan penggunaan glukosa.
Farmakoterapi
1. Terapi Insulin
Terapi insulin merupakan salah satu keharusan bagi penderita DM tipe 1. Pada DM Tipe 1, sel-sel beta Langerhans kelenjar pankreas penderita rusak, sehingga tidak dapat lagi memproduksi insulin. Sebagai penggantinya, maka penderita DM Tipe 1 harus mendapat insulin eksogen untuk membantu agar metabolisme karbohidrat di dalam tubuhnya dapat berjalan normal. Walaupun sebagian besar penderita DM Tipe 2 tidak memerlukan terapi insulin, namun hampir 30% ternyata memerlukan terapi insulin disamping terapi hipoglikemik oral.
1.1. Pengendalian Sekresi Insulin
Pada prinsipnya, sekresi insulin dikendalikan oleh tubuh untuk menstabilkan kadar gula darah. Apabila kadar gula di dalam darah tinggi, sekresi insulin akan meningkat. Sebaliknya, apabila kadar gula darah rendah, maka sekresi insulin juga akan menurun. Dalam keadaan normal, kadar gula darah di bawah 80 mg/dl akan menyebabkan sekresi insulin menjadi sangat rendah. Stimulasi sekresi insulin oleh peningkatan kadar glukosa sarah berlangsung secara bifasik. Fase 1 mencapai puncak 2-4 menit dan masa kerja pendek, sedangkan mula kerja (onset) fase 2 berlangsung lebih lambat, namun dengan lama kerja (durasi) yang lebih lama pula. Gambar 3 berikut ini menunjukkan pengaruh pemberian infus glukosa terhadap kadar insulin darah. Infus glukosa diberikan untuk mempertahankan kadar gula darah tetap tinggi (lebih kuran 2-3 kali kadar gula puasa selama 1 jam). Segera setelah infus diberikan kadar insulin darah mulai meningkat secara drastis dan mencapai puncak setelah 2-4 menit. Peningkatan kadar insulin fase 1 ini berasal dari sekresi insulin yang sudah tersedia di dalam granula sekretori. Peningkatan kadar insulin fase 2 berlangsung lebih lambat namun mampu bertahan lama. Peningkatan fase 2 ini merefleksikan sekresi insulin yang beru disintesis dan segera disekresikan oleh sel-sel beta kelenjar pankreas. Jadi jelas bahwa stimulus glukosa tidak hanya menstimulasi insulin tetapi juga menstimulasi ekspresi gen insulin.
Dalam keadaan stres, yaitu keadaan dimana terjadi perangsangan syaraf simpatoadrenal, hormon epinefrin bukan hanya meninggikan kadar glukosa darah dengan memacu glikogenolisis, melainkan juga menghambat penggunaan glukosa di sel-sel otot, jaringan lemak dan sel-sel lain yang penyerpan glukosanya dipengaruhi insulin. Dengan demikian, glukosa darah akan lebih banyak tersedia untuk metabolisme otak, yang penyerapan glukosanya tidak bergantung pada insulin. Dalam keadaan stres, sel-sel otot terutama menggunakan asam lemak sebagai sumber energi dan epinefrin memang menyebabkan mobilisasi asam lemak dari jaringan.
1.2. Mekanisme Kerja Insulin
Insulin mempunyai peran yang sangat penting dan luas dalam pengendalian metabolisme. Insulin yang disekresikan oleh sel-sel beta pankreas akan langsung diinfusikan ke dalam hati melalui vena porta, yang kemudian akan didistribusikan ke seluruh tubuh melalui peredaran darah.
Efek kerja insulin yang sudah sangat dikenal adalah membantu transport glukosa dari darah ke dalam sel. Kekurangan insulin menyebabkan glukosa darah tidak dapat atau terhambat masuk ke dalam sel. Akibatnya, glukosa darah akan meningkat, dan sebaliknya, sel-sel tubuh kekerangan bahan sumber energi sehingga tidak dapat memproduksi energi sebagaimana seharusnya.
Disamping fungsinya membantu transport glukosa masuk ke dalam sel, insulin mempunyai pengaruh yang sangat luas terhadap metabolisme, baik metabolisme karbohidrat dan lipid, maupun metabolisme protein dan mineral. Insulin akan meningkatkan lipogenesis, menekan lipolisis, serta meningkatkan transport asam amino masuk ke dalam sel. Insulin juga mempunyai peran dalam modulasi transkripsi, sintesis DNA dan replikasi sel. Itu sebabnya, gangguan fungsi insulin dapat menyebabkan pengaruh negatif dan komplikasi yang sangat luar pada berbagai fungsi organ dan jaringan tubuh.
1.3. Prinsip Terapi Insulin
Indikasi
a. Semua penderita DM Tipe 1 memerlukan insulin eksogen karena produksi insulin endogen oleh
sel-sel beta kelenjar pankreas tidak ada atau hampir tidak ada.
b. Penderita DM Tipe 2 tertentu kemungkinan juga membutuhkan terapi insulin apabila terapi lain
yang diberikan tidak dapat mengendalikan kadar glukosa darah.
c. Keadaan stress berat, seperti pada infeksi berat, tindakan pembedahan, infark miokard akut atau
stroke.
d. DM Gestasional dan penderita DM yang hamil membutuhkan terapi insulin, apabila diet saja
tidak dapat mengendalikan kadar glukosa darah.
e. Ketoasidosis diabetik
f. Insulin seringkali diperlukan pada pengobatan sindroma hiperglikemia hiperosmolar non-ketotik
g. Penderita DM yang mendapat nutrisi parenteral atau yang memerlukan suplemen tinggi kalori
untuk memenuhi kebutuhan energi yang meningkat, secara bertahap memerlukan insulin eksogen
untuk mempertahankan kadar glukosa darah mendekati normal selama periode resistensi insulin
atau ketika terjadi peningkatan kebutuhan insulin
h. Ganguan fungsi ginjal atau hati yang berat
i. Kontra indikasi atau sedang alergi terhadap OHO
Cara Pemberian
Sediaan insulin saat ini tersedia dalam bentuk obat suntik yang umumnya dikemas dalam bentuk vial. Kecuali dinyatakan lain, penyuntikan dilakukan subkutan (di bawah kulit). Lokasi penyuntikan yang disarankan ditunjukkan pada gambar 4 disamping ini.
Penyerapan insulin dipengaruhi oleh beberapa hal. Penyerapan paling cepat terjadi di daerah abdomen, kiikuti oleh daerah lengan, paha baigian atas dan bokong. Bila disuntikkan secara intramuskular dalam, maka penyerapan akan terjadi lebih cepat, dan masa kerjanya menjadi lebih singkat. Kegiatan fisik yang dilakukan segera setelah penyuntikan akan mempercepat waktu mula kerja (onset) dan juga mempersingkat masa kerja.
Selain dalam bentuk obat suntik, saat ini juga tersedia insulin dalam bentuk pompa (insulin pump) atau jet injector, sebuah alat yang akan menyemprotkan larutan insulin ke dalam kulit. Sediaan insulin untuk disuntikkan atau ditransfusikan langsung ke dalam vena juga tersedia untuk penggunaan di klinik. Penelitian untuk menemukan bentuk baru sediaan insulin yang lebih mudah diaplikasikan saat ini sedang giat dilakukan. Diharapkan suatu saat nanti dapat ditemukan sediaan insulin per oral atau nasal.
1.4. Penggolongan Sediaan Insulin
Untuk terapi, ada berbagai jenis sediaan insulin yang tersedia, yang terutama berbeda dalam hal mula kerja (onset) dan masa kerjanya (duration). Sediaan insulin untuk terapi dapat digolongkan menjadi 4 kelompok, yaitu :
a. Insulin masa kerja singkat (short-acting/insulin), disebut juga insulin reguler
b. Insulin masa kerja sedang (Intermediate-actng)
c. Insulin masa kerja sedang dengan mula kerja cepat
d. Insuling masa kerja panjang (long-acting insulin)
Keterangan dan contoh sediaan untuk masing-masing kelompok disajikan dalam table 1
2. Olah Raga
Berolah raga secara teratur dapat menurunkan dan menjaga kadar gula darah tetap normal. Saat ini ada dokter olah raga yang dapat dimintakan nasihatnya untuk mengatur jenis dan porsi olah raga yang sesuai untuk penderita diabetes. Prinsipnya, tidak perlu olah raga berat, olah raga ringan asal dilakukan secara teratur akan sangat bagus pengaruhnya bagi kesehatan.
Olahraga yang disarankan adalah yang bersifat CRIPE (Continuous, Rhytmical, Interval, Progressive, Endurance Training). Sedapat mungkin mencapai zona sasaran 75-85% denyut nadi maksimal (220-umur), disesuaikan dengan kemampuan dan kondisi penderita. Beberapa contoh olah raga yang disarankan, antara lain jalan atau lari pagi, bersepeda, berenang, dan lain sebagainya. Olahraga aerobik ini paling tidak dilakukan selama total 30-40 menit per hari didahului dengan pemanasan 5-10 menit dan diakhiri pendinginan antara 5-10 menit. Olah raga akan memperbanyak jumlah dan meningkatkan aktivitas reseptor insulin dalam tubuh dan juga meningkatkan penggunaan glukosa.
Farmakoterapi
1. Terapi Insulin
Terapi insulin merupakan salah satu keharusan bagi penderita DM tipe 1. Pada DM Tipe 1, sel-sel beta Langerhans kelenjar pankreas penderita rusak, sehingga tidak dapat lagi memproduksi insulin. Sebagai penggantinya, maka penderita DM Tipe 1 harus mendapat insulin eksogen untuk membantu agar metabolisme karbohidrat di dalam tubuhnya dapat berjalan normal. Walaupun sebagian besar penderita DM Tipe 2 tidak memerlukan terapi insulin, namun hampir 30% ternyata memerlukan terapi insulin disamping terapi hipoglikemik oral.
1.1. Pengendalian Sekresi Insulin
Gambar 3. Kurva peningkatan kadar insulin darah |
Dalam keadaan stres, yaitu keadaan dimana terjadi perangsangan syaraf simpatoadrenal, hormon epinefrin bukan hanya meninggikan kadar glukosa darah dengan memacu glikogenolisis, melainkan juga menghambat penggunaan glukosa di sel-sel otot, jaringan lemak dan sel-sel lain yang penyerpan glukosanya dipengaruhi insulin. Dengan demikian, glukosa darah akan lebih banyak tersedia untuk metabolisme otak, yang penyerapan glukosanya tidak bergantung pada insulin. Dalam keadaan stres, sel-sel otot terutama menggunakan asam lemak sebagai sumber energi dan epinefrin memang menyebabkan mobilisasi asam lemak dari jaringan.
1.2. Mekanisme Kerja Insulin
Insulin mempunyai peran yang sangat penting dan luas dalam pengendalian metabolisme. Insulin yang disekresikan oleh sel-sel beta pankreas akan langsung diinfusikan ke dalam hati melalui vena porta, yang kemudian akan didistribusikan ke seluruh tubuh melalui peredaran darah.
Efek kerja insulin yang sudah sangat dikenal adalah membantu transport glukosa dari darah ke dalam sel. Kekurangan insulin menyebabkan glukosa darah tidak dapat atau terhambat masuk ke dalam sel. Akibatnya, glukosa darah akan meningkat, dan sebaliknya, sel-sel tubuh kekerangan bahan sumber energi sehingga tidak dapat memproduksi energi sebagaimana seharusnya.
Disamping fungsinya membantu transport glukosa masuk ke dalam sel, insulin mempunyai pengaruh yang sangat luas terhadap metabolisme, baik metabolisme karbohidrat dan lipid, maupun metabolisme protein dan mineral. Insulin akan meningkatkan lipogenesis, menekan lipolisis, serta meningkatkan transport asam amino masuk ke dalam sel. Insulin juga mempunyai peran dalam modulasi transkripsi, sintesis DNA dan replikasi sel. Itu sebabnya, gangguan fungsi insulin dapat menyebabkan pengaruh negatif dan komplikasi yang sangat luar pada berbagai fungsi organ dan jaringan tubuh.
1.3. Prinsip Terapi Insulin
Indikasi
a. Semua penderita DM Tipe 1 memerlukan insulin eksogen karena produksi insulin endogen oleh
sel-sel beta kelenjar pankreas tidak ada atau hampir tidak ada.
b. Penderita DM Tipe 2 tertentu kemungkinan juga membutuhkan terapi insulin apabila terapi lain
yang diberikan tidak dapat mengendalikan kadar glukosa darah.
c. Keadaan stress berat, seperti pada infeksi berat, tindakan pembedahan, infark miokard akut atau
stroke.
d. DM Gestasional dan penderita DM yang hamil membutuhkan terapi insulin, apabila diet saja
tidak dapat mengendalikan kadar glukosa darah.
e. Ketoasidosis diabetik
f. Insulin seringkali diperlukan pada pengobatan sindroma hiperglikemia hiperosmolar non-ketotik
g. Penderita DM yang mendapat nutrisi parenteral atau yang memerlukan suplemen tinggi kalori
untuk memenuhi kebutuhan energi yang meningkat, secara bertahap memerlukan insulin eksogen
untuk mempertahankan kadar glukosa darah mendekati normal selama periode resistensi insulin
atau ketika terjadi peningkatan kebutuhan insulin
h. Ganguan fungsi ginjal atau hati yang berat
i. Kontra indikasi atau sedang alergi terhadap OHO
Cara Pemberian
Gambar 4. Lokasi penyuntikan insulin |
Penyerapan insulin dipengaruhi oleh beberapa hal. Penyerapan paling cepat terjadi di daerah abdomen, kiikuti oleh daerah lengan, paha baigian atas dan bokong. Bila disuntikkan secara intramuskular dalam, maka penyerapan akan terjadi lebih cepat, dan masa kerjanya menjadi lebih singkat. Kegiatan fisik yang dilakukan segera setelah penyuntikan akan mempercepat waktu mula kerja (onset) dan juga mempersingkat masa kerja.
Selain dalam bentuk obat suntik, saat ini juga tersedia insulin dalam bentuk pompa (insulin pump) atau jet injector, sebuah alat yang akan menyemprotkan larutan insulin ke dalam kulit. Sediaan insulin untuk disuntikkan atau ditransfusikan langsung ke dalam vena juga tersedia untuk penggunaan di klinik. Penelitian untuk menemukan bentuk baru sediaan insulin yang lebih mudah diaplikasikan saat ini sedang giat dilakukan. Diharapkan suatu saat nanti dapat ditemukan sediaan insulin per oral atau nasal.
1.4. Penggolongan Sediaan Insulin
Untuk terapi, ada berbagai jenis sediaan insulin yang tersedia, yang terutama berbeda dalam hal mula kerja (onset) dan masa kerjanya (duration). Sediaan insulin untuk terapi dapat digolongkan menjadi 4 kelompok, yaitu :
a. Insulin masa kerja singkat (short-acting/insulin), disebut juga insulin reguler
b. Insulin masa kerja sedang (Intermediate-actng)
c. Insulin masa kerja sedang dengan mula kerja cepat
d. Insuling masa kerja panjang (long-acting insulin)
Keterangan dan contoh sediaan untuk masing-masing kelompok disajikan dalam table 1
Tabel 1. Penggolongan sediaan insulin berdasarkan mula dan masa kerja |
Tidak ada komentar:
Posting Komentar