Gambar 1. Ulkus Peptikus (pepticulcersymptoms.org) |
Peptic Ulcer Disease atau Ulkus Peptikus adalah penyakit diskontinuitas mukosa lambung, bila dibiarkan bisa menjalar sampai ke bawah epitel, terjadi kerusakan atau hilangnya jaringan mukosa, sub mukosa sampai lapisan otot.
Etiologi Ulkus Peptikus
- Infeksi Helicobacter Pylori
- Penggunaan obat-obat golongan NSAID
jangka panjang
- Adanya penyakit lain pada saluran pencernaan
misalnya : cirrhosis pancreatitis kronis,
hipertiroid, syndrome zollinger ellison, chorn's
disease
- Makanan, minum dan obat-obatan yang dapat mengiritasi lambung
- Stress
Faktor Resiko Ulkus Peptikus
- Pasien yang menggunakan obat-obatan golongan NSAID jangka panjang
- Pasien menderita gangguan saluran pencernaan
- Alcoholic
- Riwayat tukak lambung, dan pendarahan GI
- Wanita Umur 20-60 th
Manifestasi Klinik Ulkus Peptikus
- Nyeri abdominal terutama epigastrik yang dideskripsikan sebagai rasa terbakar, panas, perih,
perasaan penuh dan kram
- Nyeri pada malam hari
- Dapat terjadi mual, muntah dan anorexia
- Berat badan turun akibat mual, muntah dan anorexia
Terapi
a. Terapi Non Obat (Non Farmakologi)
- mengurangi stress
- berhenti merokok
- Mengurangi penggunaan NSAID
- Mengurangi makanan yang pedas, kafein, alkohol, dan makanan yang merangsang sekresi
asam
b. Terapi Farmakologi asam
Standard Terapi Peptic Ulcer Disease
Triple therapy : 2 Antibiotik + Proton Pump Inhibitor
Quadruple therapy : 2 Antibiotik + Proton Pump Inhibitor + Bismuth Subsalisilat
Gambar 1. Eradikasi Peptic Ulcer Disease H. Pylori |
Penggunaan Tripple terapi pada Pasien Ulkus Peptikus akan lebih efektif dengan penambahan sucralfat. Sukralfat adalah garam aluminium dari sukrose sulfat. Pada suasana asam (perut kosong), obat ini membentuk pasta kental secara selektif mengikat pada ulkus (berupa kompleks yang stabil antara molekul obat dengan protein pada permukaan ulkus, yang tahan hidrolisis oleh pepsin) dan berlaku sebagai barier yang melindungi ulkus terhadap difusi asam, pepsin dan
garam empedu (proteksi lokal). Sukralfat juga mempunyai efek sitoproteksi pada mukosa lambung melalui 2 mekanisme yang terpisah, yakni (a) melalui pembentukan Prostaglandin
endogen dan (b) efek langsung meningkatkan sekresi mukus. Efek sitoproteksi ini tidak memerlukan suasana asam. Untuk ulkus duodenum, sukralfat (4 g/hari diberikan 4 x 1 g atau 2 x 2 g pada perut kosong) dan memberikan kecepatan penyembuhan yang sebanding (> 70% setelah 4 minggu). Pada perokok, sukralfat memberikan laju kesembuhan yang lebih tinggi dibandingkan simetidin. Hal ini mungkin berkaitan dengan sifat sitoproteksi dari sukralfat. Di samping itu, penderita yang disembuhkan dengan simetidin lebih cepat kambuh dibanding penderita yang sembuh dengan sukralfat, demikian juga di antara penderita yang perokok.
endogen dan (b) efek langsung meningkatkan sekresi mukus. Efek sitoproteksi ini tidak memerlukan suasana asam. Untuk ulkus duodenum, sukralfat (4 g/hari diberikan 4 x 1 g atau 2 x 2 g pada perut kosong) dan memberikan kecepatan penyembuhan yang sebanding (> 70% setelah 4 minggu). Pada perokok, sukralfat memberikan laju kesembuhan yang lebih tinggi dibandingkan simetidin. Hal ini mungkin berkaitan dengan sifat sitoproteksi dari sukralfat. Di samping itu, penderita yang disembuhkan dengan simetidin lebih cepat kambuh dibanding penderita yang sembuh dengan sukralfat, demikian juga di antara penderita yang perokok.
Suatu studi lain yang meneliti angka kekambuhan pada penderita ulkus duodenum, prepilorus dan lambung setelah sembuh dengan simetidin atau sukralfat, ternyat angka kekambuhan
setelah 12 bulan tidak berbeda antara kedua obat, tetapi ada perbedaan dalam efek merokok. Merokok mempengaruhi angka kekambuhan dan masa remisi setelah terapi dengan simetidin, tetapi tidak mempengaruhi hasil terapi dengan sukralfat. Sukralfat (4 x 1 g sehari pada perut kosong) ternyata efektif untuk mengurangi kerusakan mukosa lambung dan gejala-gejala saluran cema akibat penggunaan NSAID. Karena mengandung aluminium, sukralfat menyebabkan konstipasi ringan pada 2-10% penderita, dan dapat menimbulkan toksisitas aluminium pada penderita gagal ginjal. Kerugiannya yang utama adalah cara pemberiannya; biasanya 4 x sehari, terutama pada ulkus lambung, serta tidak diberikan bersama antasida ataupun makanan (setiawati, 1992).
Monitoring Peptic Ulcer Disease
- Pasien harus dipantau untuk reda rasa sakit
- Gejala yang menetap atau kambuhan setelah beberapa minggu pengobatan
- Hasil Laboratorium menunjukkan hasil negatif H. Pylori
Catatan :
1. Penggunaan H2 reseptor antagonis harus dihindari pada pasien positif Ulkus Peptikus karena
H2 reseptor antagonis mempunyai reseptor yang bekerja di permukaan mukosa lambung.
Sedangkan, Ulkus Peptikus sendiri terjadi kerusakan pada mukosa. Mukosa lambung
mengalami kerusakan maka reseptor H2 antagonis pun rusak dan obat pun tidak bekerja
2. Penggunaan Antasida harus diare karena kandungan Al dan Mg yang terkandung pada
antasida dapat menyebabkan diare dan memperparah Ulkus Peptikus.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar