Selasa, 27 September 2011

Farmakologi

Farmakologi

Farmakologi adalah ilmu mengenai zat-zat kimia (obat) yang berinteraksi dengan tubuh manusia. Farmakologi mempunyai kerterkaitan khusus dengan farmasi, yaitu ilmu mengenai cara membuat, memformulasikan, menyimpan, dan menyediakan obat. Interaksi-interaksi ini dibagi menjadi dua jenis :
a. Farmakodinamik, yaitu efek obat terhadap tubuh, dan
b. Farmakokinetik, yaitu apa yang dialami obat di dalam tubuh(yaitu absorbsi, distribusi, metabolisme, dan
    ekskresi)
Klasifikasi obat berdasarkan :
a.  Bentuk sediaan :
     1. Padat, contoh : tablet, kapsul, kaplet, pil dll
     2. Cair, contoh : sirup, tinctur, suspensi, eliksir, lotion, dll
     3. Setengah Padat, contoh : cream, ointment, dll.
b.  Cara Pemberian
     1. Enteral : oral, sublingual, bucal
     2. Parenteral : inhalasi, injeksi (contoh : i.m, i.v, intracutan dll), pervaginam
c.  Menurut Tujuan pemberian obat
     1. Sistemik : peroral, injeksi intravena, injeksi intramuscular, inhalasi
     2. Lokal : topikal, oles, pervaginam
d.  Berdasarkan peraturan perudang-undangan :
     1. Obat bebas
     2. Obat bebas terbatas
     3. Obat Keras
     4. Obat Narkotik

Tahap-Tahap Pengembangan dan Penilaian Obat
1. Meniliti dan skrining bahan obat.
2. Mensintesis dan meneliti zat/senyawa analog dari obat yang sudah ada dan diketahui efek farmakologinya
3. Meneliti dan mensintesis dan membuat variasi struktur
4. Dikembangkan obat alami dengan serangkaian pengujian yang dilaksanakan secara sistematik, terencana dan terarah untuk mendapatkan data farmakologik yang mempunyai nilai terapetik

Pengembangan dan penilaian obat ini meliputi 2 tahap uji :

1. Uji Praklinik
Suatu senyawa yang baru ditemukan (hasil isolasi maupun sintesis) terlebih dahulu diuji dengan serangkaian uji farmakologi pada hewan. Sebelum calon obat baru ini dapat dicobakan pada manusia, dibutuhkan waktu beberapa tahun untuk meneliti sifat farmakodinamik, farmakokinetik, farmasetika, dan efek toksiknya pada hewan uji. Serangkaian uji praklinik yang dilakukan antaralain :
i)    Uji Farmakodinamika
Untuk mengetahui apakah bahan obat menimbulkan efek farmakologik seperti yang diharapkan atau tidak, titik tangkap, dan mekanisme kerjanya. Dapat dilakukan secara in vivo dan in vitro.
ii)   Uji Farmakokinetik
Untuk mengetahui ADME
Merancang dosis dan aturan pakai
iii)  Uji Toksikologi
Mengetahui keamanannya
iv) Uji Farmasetika
Memperoleh data farmasetikanya, tentang formulasi, standarisasi, stabilitas, bentuk sediaan yang paling sesuai dan cara penggunaannya.

2.  Uji Klinik
Uji dilakukan pada manusia. Dibagi menjadi 4 Fase :
i )    Uji Klinik Fase I
Fase ini merupakan pengujian suatu obat baru untuk pertama kalinya pada manusia. Yang diteliti disini ialah keamanan dan tolerabilitas obat, bukan efikasinya, maka dilakukan pada sukarelawan sehat, kecuali untuk obat yang toksik (misalnya sitostatik), dilakukan pada pasien karena alasan etik
Tujuan fase ini adalah menentukan besarnya dosis maksimal yang dapat toleransi (maximally tolerated dose = MTD), yakni dosis sebelum timbul efek toksik yang tidak dapat diterima.
Pada fase ini, diteliti juga sifat farmakodinamik dan farmakokinetiknya pada manusia. Hasil penelitian farmakokinetik ini digunakan untuk meningkatkan ketepatan pemilihan dosis pada penelitian selanjutnya.
Uji klinik fase I dilaksanakan secara terbuka, artinya tanpa pembanding dan tidak tersamar, dengan jumlah subyek bervariasi antara 20-50orang.
ii )   Uji Klinik Fase II
Pada fase ini dicobakan pada pasien sakit. Tujuannya adalah melihat apakah obat ini memiliki efek terapi.
Pada fse II awal, pengujian efek terapi obat dikerjakan secara terbuka karena masih merupakan penelitian eksploratif, karena itu belum dapat diambil kesimpulan yang mantap mengenai efikasi obat yang bersangkutan.
Untuk menunjukkan bahwa suatu obat memiliki efek terapi, perlu dilakukan uji klinik komparatif (dengan pembading) yang membandingkannya dengan plasebo; atau jika penggunaan plasebo tidak memenuhi persyaratan etik, obat dibandingkan dengan obat standar (pengobatan terbaik yang ada). Ini dilakukan pada fase II akhir atau awal, tergantung dari siapa yang melakukan, seleksi pasien, dan monitoring pasiennya. Untuk menjamin validasi uji klinik komparatif ini , alokasi pasien harus acak dan pemberian obat dilakukan secara tersamar ganda. Ini disebut uji klinik berpembanding, acak, tersamar ganda.
Fase ini terjakup juga studi kisaran dosis untuk menetapkan dosis optimal yang akan digunakan selanjutnya.
iii )  Uji Klinik Fase III
- Pada manusia sakit, ada kelompok kontrol dan kelompok pembanding
- Cakupan lebih luas baik dari segi jumlah pasien maupun keragaman (misal : intra ras
- Setelah terbukti efektif dan aman obat siap untuk dipasarkan
iv)   Uji Klinik Fase IV
- Uji terhadap obat yang telah dipasarkan (post marketing surveilance)
- Mamantau efek samping yang belum terlihat pada uji-uji sebelumnya
- Dug safety : drug mortality atau drug morbidity
- MESO : Monitoring Efek Samping Obat

Tidak ada komentar:

Posting Komentar