Senin, 28 Mei 2012

PENGOLAHAN LIMBAH INDUSTRI BETALAKTAM


PENGOLAHAN LIMBAH INDUSTRI BETALAKTAM

Pedahuluan

Maraknya kegiatan pembangunan yang dilakukan saat ini merupakan salah satu usaha untuk meningkatkan mutu kehidupan manusia. Berbagai pembangunan dilakukan dengan jalan pengelolaan dan pemanfaatan sumber daya yang tersedia untuk keperluan dan kepentingan pembangunan industry. Disatu sisi pesatnya pembangunan dan perkembangan dunia industri memang sangat menguntungkan, namun disisi lain juga dapat menyebabkan efek negatif yang cukup besar karena akan dihasilkannya limbah baik dalam bentuk padat, cair, maupun gas yang dapat menyebabkan kualitas lingkungan mengalami penurunan. Untuk menjaga agar kualitas lingkungan tetap stabil dan tidak mengalami penurunan, maka limbah-limbah tersebut harus diolah atau setidaknya dikendalikan antara lain dengan cara mengelola dan mengolah limbah secara baik dan sesuai dengan karakteristiknya, sehingga limbah yang akan dibuang ke lingkungan telah memenuhi persyaratan dan sesuai dengan baku mutu yang ditetapkan oleh pemerintah.
Saat ini, masalah limbah telah menjadi perhatian serius. Hal ini ditunjukkan dengan semakin banyaknya masalah yang memaparkan tentang betapa pengelolaan limbah belum menjadi perhatian bagi sebagian besar industri yang ada di Indonesia. Bahwa perkembangan industri tidak sejalan dengan penanganan limbahnya karena pengadaan sarana pengelolaan dan pengolahan limbah masih dianggap memberatkan bagi sebagian industri. Industri obat merupakan penghasil sediaan variasi obat. Limbah yang dihasilkan bersifat toksik maupun non toksik dan berpotensi mencemari lingkungan apabila tidak dikelola dengan baik.
Beta laktam merupakan salah satu jenis limbah industri obat. Jenis limbah beta laktam dapat berupa limbah cair, padat, udara, dan suara. Pada pengolahannya limbah beta laktam perlu penanganan khusus dan sistematis agar tidak lagi berbahaya dan dapat menghasilkan hasil yang optimal bagi semua pihak yang terkait dan berdampak positif bagi lingkungan.

Pembahasan


Jenis limbah beta laktam dapat berupa limbah cair, padat, udara, dan suara. Limbah cair berasal dari gedung produksi beta laktam berupa pencucian alat/mesin. Limbah padat berupa wadah bekas bahan baku antibiotik beta laktam, bahan baku beta laktam yang rusak, tong plastik, buangan proses produksi, dan produk jadi antibiotik beta laktam yang rusak. Limbah udara berupa debu produksi antibiotik beta laktam. Limbah suara berasal dari mesin produksi, genset, mesin sistem penunjang (AHU).
Pengelolaan Limbah Beta Laktam adalah sebagai berikut:
a. Limbah Cair
Limbah cair yang berasal dari gedung beta laktam dialirkan ke bak/kolam perusakan cincin beta laktam dengan menggunakan larutan NaOH, setelah itu dialirkan/digabung dengan limbah cair non beta laktam di bak penampungan, dan seterusnya diolah bersama.
b. Limbah Padat
Limbah padat yang berupa wadah yang mengandung bahan antibiotik beta laktam dicuci dan dibilas bersih dengan air bersih di ruang pencucian di dalam gedung beta laktam. Air pencucian tersebut merupakan limbah cair dari gedung beta laktam yang dialirkan ke bak perusak cincin beta laktam, sedangkan wadah yang telah dicuci dan dibilas bersih tersebut dikeluarkan dari gedung beta laktam dan ditangani limbahnya seperti pada pengelolaan limbah padat non beta laktam.
c. Limbah Udara
Limbah udara berupa debu produksi disedot dan dikumpulkan oleh dust collector.
d. Limbah Suara
Limbah suara ini berasal dari mesin produksi, genset, mesin sistem penunjang (AHU, mesin boiler). Cara pengendalian limbah suara ini dapat diatasi dengan menggunakan ear insert oleh pekerja. Tolak ukur yang digunakan untuk pemantauan limbah suara adalah angka kebisingan dan getaran di dalam dan di luar area pabrik yang diukur sesuai dengan angka kebisingan maksimum 65 dB dan getaran maksimum 7,5 Hz.
Prinsip utama dalam pengolahan limbah beta laktam adalah pemecahan cicncin beta laktam. Beberapa cara pemecahan cicncin beta laktam dapat dilakukan dengan cara sebagai berikut (Encyclopedia of Chemical Technology, 1952) :
1.      Hidrolisa dengan menaikkan pH sampai 10-12 (bisa denganNaOH)
2.      Hidrolisa dengan penambahan asam
3.      Hidrolisa dengan penambahan mercuri chloride
Penggunaan cara dengan hidrolisa dengan pH sampai 10-12 menjadi salah satu alternative sebagian besar perusahaan karena dianggap lebih aman bagi peralatan unit pengolahan dan juga aman bai lingkungan serta mudah dalam penangannya. Jika hidrolisa dengan asam dikhawatirkan dapat merusak peralatan unit pengelohan karena sifat asam yang dapat mengakibatkan korosif, dan jika dengan mercuri chloride dikhawatirkan mercurynya tidak ramah atau tidak aman bagi lingkungan.
Hasil dari tangki hidrolisa dialirkan ke tangki netralisasi untuk menetralisasi basa sesudah hidrolisa dengan NaOH dengan penambahan HCl sehingga pH yang dihasilkan adalah sesuai dengan ketentuan pH normal yaitu 6-9. Setela proses netralisasi maka dilanjutkan dengan proses proses pengendapan. Untuk mengadsorbsi zat organik dan cicin beta laktam yang mungkin masih ada pada air limbah, serta untuk menghilangkan kemungkinan terdapatnya kandungan logam berat, pada unit pengolahan beta laktam dilengkapi dengan bak filtrasi. Hasil olahan dari unit pengolahan limbah beta laktam kemudian dapat diukur dengan HPLC (hig Performance Liqiud Cromatography).
Gamba 1. skema pengolahan limbah

1 komentar: