Sabtu, 19 Mei 2012

Asma

DEFINISI ASMA
Penyakit asma telah dikenal luas oleh masyarakat. Kata "asma (Asthma)" sendiri merupakan istilah yang berasal dari bahasa Yunani yang berarti "Terengah-engah". Lebih dari 2000 tahun lalu, Hippocrates menggunakan kata "asma(Asthma) untuk menggambarkan sesak nafas yang "episodik/berulang". Penyakit Asma adalah penyakit inflamasi kronik pada saluran pernafasan (bronchial tube) yang menyebabkan pembengkakan dan penyempitan (konstriksi) dari saluran saluran pernafasan. Terjadinya pembekakan dan penyempitan (bronkokonstriksi) menyebabkan pasien susah bernafas. Penyempitan bronkus bersifat irreversibel atau pun parsial reversibel jika dilakukan pengobatan teratur.

Kelompok kerja National Asthma Education and Prevention Program (NAEPP) mendefinisikan, Asma adalah gangguan inflamasi kronis pada saluran udara, dimana banyak sel dan elemen selular yang berperan, seperti : mast cells, eosinophils, T-lymphocytes,macrophages, neutrophils, dan epithelial cells.

Gambar 1. Penyakit Asma (sumber :www.hickeyspharmacies.ie )
Saluran pernafasan, "Bronchial Tube", yang mengalami inflamasi kronik akan menjadi sangat sensitif (Bronchial Hyperreactivity/BHR) terhadap alergen (penyebabnya diketahui), iritan (penyebabnya tidak diketahui) dan infeksi. Ketika saluran pernafasan (Bronchial Tuber) bereaksi akan adanya alergen ataupun iritan, maka Broncial Tube akan  menyempit dan pasokan udara menuju paru-paru menjadi berkurang.

Klasifikasi asma yaitu
1. Asma ekstrinsik
    Asma ekstrinsik adalah bentuk asma paling umum yang disebabkan karena reaksi alergi penderita
    terhadap allergen dan tidak membawa pengaruh apa-apa terhadap orang yang sehat.
2. Asma intrinsik
    Asma intrinsik adalah asma yang tidak responsif terhadap pemicu yang berasal dari allergen. Asma
    ini disebabkan oleh stres, infeksi dan kodisi lingkungan yang buruk seperti klembaban, suhu,
    polusi udara dan aktivitas olahraga yang berlebihan.

Menurut Global Initiative for Asthma (GINA), berdasarkan tingkat keparahannya Asma dibagi menjadi 4 jenis :
Gambar 2. Klasifikasi Asma
ETIOLOGI
Penyakit asma dapat dipicu ataupun diperparah oleh berbagai penyebab (agen). Secara umum tingkat keparahan dari penyakit ini tergantung pada seberapa banyak pasien terpapar agen pemicu/penyebab atau seberapa sensitifnya paru-paru pasien terhadap agen pemicu tersebut.
Penyebab Asma terbagi dalam 2 kategori :
1) Alergen
    - Serbuk sari
    - Debu, jamur, hewan peliharaan, bagian tubuh serangga
    - Makanan seperti: telor, ikan, susu, kedelai,dan kacang tanah
    - Yang berhubungan dengan pekerjaan, misalnya : lateks, formaldehid, epoksida
2) Iritan
    - Infeksi pernafasan seperti yang disebabkan oleh virus: flu, bronkitis, sinusitis
    - Obat seperti :Aspirin, NSAIDs, Beta Blocker
    - Asap rokok
    - Faktor luar, seperti : asap, perubahan cuaca, asap mesin disel dll
    - GERD (gastroesophageal reflux disorder)
    - Faktor emosional, seperti: tertawa, menangis, berteriak
    - Faktor hormonal seperti sidrom premenstruasi

FAKTOR RESIKO
1. Asap Rokok
2. Tungau Debu Rumah
3. Jenis Kelamin
4. Binatang Piaraan
5. Jenis Makanan
6. Perabot Rumah Tangga
7. Perubahan Cuaca
8. Riwayat Penyakit Keluarga

GEJALA KLINIS :
-Wheezing (mengi: bunyi ketika bernafas)
- Batuk produktif(berdahak), sering terjadi pada malam hari
- Nafas / dada seperti tertekan
Gejala bersifat Paroksimal : memburuk pada malam hari, membaik pada siang hari.

DIAGNOSIS
Penegakan diagnosis asma didasarkan pada anamnesis, tanda-tanda klinik dan
pemeriksaan tambahan.
1. Pemeriksaan anamnesis keluhan episodik batuk kronik berulang, mengi, sesak  dada, kesulitan
    bernafas,
2. Faktor pencetus (inciter) dapat berupa iritan (debu), pendinginan saluran nafas, alergen dan emosi,
    sedangkan perangsang (inducer) berupa kimia, infeksi dan alergen.
3. Pemeriksaan fisik sesak nafas (dyspnea), mengi, nafas cuping hidung pada saat inspirasi (anak),
    bicara terputus putus, agitasi, hiperinflasi toraks, lebih suka posisi duduk. Tanda-tanda lain
    sianosis, ngantuk, susah bicara, takikardia dan hiperinflasi torak,
4. Pemeriksaan uji fungsi paru sebelum dan sesudah pemberian metakolin atau bronkodilator
    sebelum dan sesudah olahraga dapat membantu menegakkan diagnosis asma.
      FEV1 (Forced Expiratory Volume in One Second) di Indonesia disebut VEP1 (Volume Ekspirasi Paksa Detik Pertama) adalah volume udara yang dapat dikeluarkan secara paksa dalam 1 detik setelah mengambil nafas dalam-dalam. FEV1 ini ukuran penting dari fungsi paru. FEV1 dapat diukur/diperiksa dengan Spirometri atau peak expiratory flow meter.
      Spirometri adalah mesin yang dapat mengukur kapasitas vital paksa (FVC) dan volume ekspirasi paksa detik pertama (FEV1).Untuk mendapatkan nilai yang akurat, diambil nilai tertinggi dari 2-3 nilai yang diperiksa.Sumbatan jalan napas diketahui dari nilai FEV1 < 80% nilai prediksi atau rasio FEV1/FVC < 75%.
Gambar 3. Spirometry (drugs.com)
Peak Expiratory Flow Meter (PEF Meter)
Gambar 4. Berbagai Macam PEF Meter
         Asma sulit didiagnosis pada anak di bawah umur 3 tahun. Untuk anak yang sudah besar (>6 tahun) pemeriksaan fungsi paru sebaiknya dilakukan. Uji fungsi paru yang sederhana dengan peak flow meter atau yang lebih lengkap dengan spirometer, uji yang lain dapat melalui provokasi bronkus dengan histamin, metakolin, latihan (exercise), udara kering dan dingin, atau dengan NaCl hipertonis. Penggunaan peak flow meter merupakan hal penting dan perlu diupayakan, karena selain mendukung
diagnosis, juga mengetahui keberhasilan tata laksana asma, selain itu dapat juga menggunakan lembar catatan harian sebagai alternatif .


PATOFISIOLOGI
      Asma merupakan inflamasi kronik saluran napas. Berbagai sel inflamasi berperan, terutama sel mast, eosinofil, sel limfosit T, makrofag, netrofil dan sel epitel. Inflamasi terdapat pada berbagai derajat asma baik pada asma intermiten maupun asma persisten. Inflamasi kronik menyebabkan peningkatan hiperesponsif (hipereaktifitas) jalan napas yang menimbulkan gejala episodik berulang berupa mengi, sesak napas, dada terasa berat dan batuk-batuk terutama pada malam dan/atau dini hari. Episodik tersebut berkaitan dengan sumbatan saluran napas yang luas, bervariasi dan seringkali bersifat reversibel dengan atau tanpa pengobatan

TERAPI
1. Terapi Non Farmakologi
a. Edukasi Pasien
b. Pengukuran Peak Flow Meter
c. Identifikasi dan mengendalikan faktor pencetus
d. Pemberian oksigen
e. Banyak minum air untuk menghindari dehidrasi terutama pada anak-anak
f. Kontrol secara teratur
g. Pola hidup sehat dengan berhenti merokok, menghindari kegemukan, kegiatan fisik misalnya
    senam asma

Tidak ada komentar:

Posting Komentar