Jumat, 18 Mei 2012

Pelayanan kefarmasian di Apotek

Gambar 1. Konseling Pasien (mariospharmacy.com)

PENDAHULUAN
Apasih kerjaan apoteker itu? atau Apoteker bekerja di apotek cuma jual obat aja? itulah pertanyaan yang sering sekali ada dibenak kita semua. Dulu memang, Apoteker ataupun kegiatan kefarmasian terkonsentrasi pada pengelolaan obat sebagai "pekerjaannya" atau pelayanannya. Dewasa ini, telah terjadi pergeseran orientasi dalam "pekerjaan" atau pelayanan kefarmasian dari berorientasi obat ke pasien yang mengacu ke Pharmaceutical Care.
Pelayanan kefarmasian ini berupa pelayanan yang komprehensif yang bertujuan untuk meningkatkan kulitas hidup pasien.
      Sebagai konsekuensi perubahan orientasi tersebut, apoteker dituntut untuk meningkatkan pengetahuan, ketrampilan dan perilaku agar dapat melaksanakan interaksi langsung dengan pasien. Bentuk interaksi tersebut antaralain adalah melaksanakan pemberian informasi, monitoring penggunaan obat untuk mengetahui tujuan akhirnya sesuai harapan dan terdokumentasi dengan baik. Apoteker harus mampu berkomunikasi dengan tenaga kesehatan lainnya dalam menetapkan terapi untuk mendukung penggunaan obat yang rasional.
      Istilah-istilah kefarmasian di Apotek :
1. Apotek adalah tempat tertentu, tempat dilakukan pekerjaan kefarmasian dan penyerahan
    sediaan farmasi, perbekalan kesehatan dan lainnya kepada masyarakat
2. Apoteker adalah sarjana farmasi yang telah lulus pendidikan profesi dan telah mengucapkan
    sumpah berdasarkan peraturan perundangan yang telah berlaku dan berhak melakukan
    pekerjaan kefarmasian di Indonesia sebagai apoteker
3. Sediaan Farmasi adalah obat, bahan obat, obat tradisional dan kosmetika
4. Perbekalan kesehatan adalah semua bahan selain obat dan peralatan yang diperlukan untuk
    menyelenggarakan upaya kesehatan
5. Alat Kesehatan adalah bahan, instrumen aparatus, mesin, implan yang tidak mengandung obat
    yang digunakan untuk mencegah, mendiagnosis, menyembuhkan dan meringankan penyakit,
    merawat oarang sakit serta memulihkan kesehatan pada manusia dan/atau untuk membentuk
    struktur dan memperbaiki fungsi tubuh.
6. Resep adalah permintaan tertulis dari dokter, dokter gigi, dokter hewan kepada apoteker untuk
    menyediakan dan menyerahkan obat bagi pasien sesuai peraturan perundangan yang berlaku.
7. Perlengkapan apotek adalah semua peralatan yang dipergunakan untuk melaksanakan
    kegiatan pelayanan kefarmasian di apotek.
8. Pharmaceutical care adalah bentuk pelayanan dan tanggung jawab langsung profesi apoteker
     dalam pekerjaan kefarmasian untuk meningkatkan kualitas hidup pasien.
9. Medication record adalah catatan pengobatan setiap pasien.
10.Medication error adalah kejadian yang merugikan pasien akibat pemakaian obat selama dalam
     penanganan tenaga kesehatan yang sebetulnya dapat dicegah.
11.Konseling adalah suatu proses komunikasi dua arah yang sistematik antara apoteker dan
     pasien untuk mengidentifikasi dan memecahkan masalah yang berkaitan dengan obat dan
     pengobatan.
12.Pelayanan residensial (Home Care) adalah pelayanan apoteker sebagai care giver dalam
     pelayanan  kefarmasian di rumah-rumah khususnya untuk kelompok lansia dan pasien dengan
     pengobatan terapi kronis lainnya.

PENGELOLAAN SUMBER DAYA
1. Sumber Daya Manusia
      Sesuai ketentuan perundangan yang berlaku apotek harus dikelola oleh seorang apoteker yang profesional. Dalam pengelolaan apotek, apoteker senantiasa harus memiliki kemampuan menyediakan dan memberikan pelayanan yang baik, mengambil keputusan yang tepat, mampu
berkomunikasi antar profesi, menempatkan diri sebagai pimpinan dalam situasi multidisipliner, kemampuan mengelola SDM secara efektif, selalu belajar sepanjang karier dan membantu memberi pendidikan dan memberi peluang untuk meningkatkan pengetahuan.
2. Saran dan Prasarana
      Apotek berlokasi pada daerah yang dengan mudah dikenali oleh masyarakat. Pada halaman terdapat papan petunjuk yang dengan jelas tertulis kata apotek. Apotek harus dapat dengan mudah diakses oleh anggota masyarakat. Pelayanan produk kefarmasian diberikan pada tempat yang terpisah dari aktivitas pelayanan dan penjualan produk lainnya, hal ini berguna untuk menunjukkan integritas dan kualitas produk serta mengurangi resiko kesalahan penyerahan.
      Masyarakat harus diberi akses secara langsung dan mudah oleh apoteker untuk memperoleh informasi dan konseling. Lingkungan apotek harus dijaga kebersihannya. Apotek harus bebas dari
hewan pengerat, serangga. Apotek memiliki suplai listrik yang konstan, terutama untuk lemari pendingin.
Apotek harus memiliki:
a. Ruang tunggu yang nyaman bagi pasien.
b. Tempat untuk mendisplai informasi bagi pasien, termasuk penempatan brosur/materi informasi.
c. Ruangan tertutup untuk konseling bagi pasien yang dilengkapi dengan meja dan kursi serta
    lemari untuk menyimpan catatan medikasi pasien.
d. Ruang racikan.
e. Tempat pencucian alat.
      Perabotan apotek harus tertata rapi, lengkap dengan rak-rak penyimpanan obat dan barang-barang lain yang tersusun dengan rapi, terlindung dari debu,kelembaban dan cahaya yang berlebihan serta diletakkan pada kondisi ruangan dengan temperatur yang telah ditetapkan.
3. Sediaan Farmasi dan Perbekalan Kesehatan lainnya.
      Pengelolaan persediaan farmasi dan perbekalan kesehatan lainnya dilakukan sesuai ketentuan perundangan yang berlaku meliputi: perencanaan, pengadaan, penyimpanan dan pelayanan. Pengeluaran obat memakai sistim FIFO (first in first out) dan FEFO (first expire first out)
3.1 Perencanaan.
      Dalam membuat perencanaan pengadaan sediaan farmasi perlu diperhatikan :
a. Pola penyakit.
b. Kemampuan masyarakat.
c. Budaya masyarakat.
3.2 Pengadaan.
      Untuk menjamin kualitas pelayanan kefarmasian maka pengadaan sediaan farmasi harus melalui jalur resmi sesuai peraturan perundang-undangan yang berlaku.
3.3 Penyimpanan.
a. Obat/bahan obat harus disimpan dalam wadah asli dari pabrik. Dalam hal pengecualian atau
    darurat dimana isi dipindahkan pada wadah lain, maka harus dicegah terjadinya kontaminasi
    dan harus ditulis informasi yang jelas pada wadah baru, wadah sekurangkurangnya memuat
    nama obat, nomor batch dan tanggal kadaluarsa.
b. Semua bahan obat harus disimpan pada kondisi yang sesuai, layak dan menjamin kestabilan
    bahan.
4. Administrasi.
Dalam menjalankan pelayanan kefarmasian di apotek, perlu dilaksanakan kegiatan administrasi yang meliputi:
4.1. Administrasi Umum.
       Pencatatan, pengarsipan, pelaporan narkotika, psikotropika dan dokumentasi sesuai dengan
       ketentuan yang berlaku.
4.2. Administrasi Pelayanan.
       Pengarsipan resep, pengarsipan catatan pengobatan pasien, pengarsipan hasil monitoring
       penggunaan obat.

PELAYANAN
1. Pelayanan Resep
    1.1 Skrining Resep
          Apoteker melakukan skrining resep meliputi :
          1.1.1 Persyaratan Administratif :
                   - Nama, SIP dan alamat dokter
                   - Tanggal penulisan resep
                   - Tanda tangan/paraf dokter penulis resep
                   - Nama, alamat, umur, jenis kelamin dan berat badan pasien
                   - Cara pemakaian yang jelas
                   - Informasi lainnya
        1.1.2 Kesesuaian farmasetik : bentuk sediaan, dosis, potensi, stabilitas, inkompatibilitas, cara
                dan lama pemberian
        1.1.3 Pertimbangan klinis : adanya alergi, efek samping, interaksi, kesesuaian (dosis, durasi,
                 jumlah obat dan lain lain). Jika ada keraguan terhadap resep hendaknya
                 dikonsultasikan kepada dokter penulis resep dengan memberikan pertimbangan dan
                 alternatif seperlunya bila perlu menggunakan persetujuan setelah pemberitahuan.
   1.2. Penyiapan obat.
          1.2.1. Peracikan.
                    Merupakan kegiatan menyiapkan menimbang, mencampur, mengemas dan
                    memberikan etiket pada wadah. Dalam melaksanakan peracikan obat harus dibuat
                    suatu prosedur tetap dengan memperhatikan dosis, jenis dan jumlah obat serta
                    penulisan etiket yang benar.
          1.2.2. Etiket.
                    Etiket harus jelas dan dapat dibaca.
          1.2.3. Kemasan Obat yang Diserahkan
                    Obat hendaknya dikemas dengan rapi dalam kemasan yang cocok sehingga terjaga
                    kualitasnya.
          1.2.4. Penyerahan Obat.
                    Sebelum obat diserahkan pada pasien harus dilakukan pemeriksaan akhir terhadap
                    kesesuaian antara obat dengan resep. Penyerahan obat dilakukan oleh apoteker
                    disertai pemberian informasi obat dan konseling kepada pasien.
          1.2.5. Informasi Obat.
                    Apoteker harus memberikan informasi yang benar, jelas dan mudah dimengerti,
                    akurat, tidak bias, etis, bijaksana, dan terkini. Informasi obat pada pasien
                    sekurang-kurangnya meliputi: cara pemakaian obat, cara penyimpanan obat,
                    jangka waktu pengobatan, aktivitas serta makanan dan minuman yang harus
                    dihindari selama terapi.
          1.2.6. Konseling.
                    Apoteker harus memberikan konseling, mengenai sediaan farmasi, pengobatan
                    dan perbekalan kesehatan lainnya, sehingga dapat memperbaiki kualitas hidup
                    pasien atau yang bersangkutan terhindar dari bahaya penyalahgunaan atau
                    penggunaan obat yang salah. Untuk penderita penyakit tertentu seperti
                    kardiovaskular, diabetes, TBC, asma dan penyakit kronis lainnya, apoteker
                    harus memberikan konseling secara berkelanjutan.
          1.2.7. Monitoring Penggunaan Obat.
                    Setelah penyerahan obat kepada pasien, apoteker harus melaksanakan pemantauan
                    penggunaan obat, terutama untuk pasien tertentu seperti kardiovaskular, diabetes,
                    TBC, asma, dan penyakit kronis lainnya.
2. Promosi dan Edukasi.
Dalam rangka pemberdayaan masyarakat, apoteker harus memberikan edukasi apabila masyarakat ingin mengobati diri sendiri (swamedikasi) untuk penyakit ringan dengan memilihkan obat yang sesuai dan apoteker harus berpartisipasi secara aktif dalam promosi dan edukasi. Apoteker ikut
membantu diseminasi informasi, antara lain dengan penyebaran leaflet / brosur, poster, penyuluhan, dan lain lainnya.
3. Pelayanan Residensial (Home Care).
Apoteker sebagai care giver diharapkan juga dapat melakukan pelayanan kefarmasian yang bersifat kunjungan rumah, khususnya untuk kelompok lansia dan pasien dengan pengobatan penyakit kronis lainnya. Untuk aktivitas ini apoteker harus

Tidak ada komentar:

Posting Komentar