Rabu, 20 Juni 2012

Imunitas

Imunitas dapat didefinisikan sebagai reaksi tubuh yang berubah terhadap suatu zat tertentu yang dirangsang oleh kontak dengan zat yang sama sebelumnya.  Imunitas dapat digolongkan menjadi dua yaitu imunitas alamiah atau non spesifik dan imunitas didapat atau spesifik. Imunitas alamiah bersifat tidak khas, ada sejak lahir, dan terdiri dari berbagai penghalang terhadap pengaruh dari luar kulit, selaput lender, makrofag, monosit, leukosit tembereng (PMN), eosinofil dan isinya.  Imunitas didapat bersifat khas, tampak jika ada pemaparan terhadap suatu zat, dan yang berperan disini adalah reseptor limfosit dan peran serta makrofag (Johnson, 1994).
            Imunitas didapat dikategorikan menjadi dua yaitu imunitas humoral yang dilakukan oleh komponen-komponen serum yaitu antibodi dan imunitas seluler yang dilakukan oleh sel-sel yaitu seluruh limfosit yang hidup (Johnson, 1994). Mekanisme imunitas selular tidak menghasilkan antibodi, tetapi tetap efektif melawan patogen antrasel (misalnya virus), fungi, sel-sel ganas, dan jaringan asing. Langkah yang pertama adalah pengenalan antigen asing oleh makrofag dan sel T helper, yang menjadi teraktivasi dan spesifik. Sel T yang teraktivasi ini, yang spesifik antigen membelah berkali-kali, membentuk sel T memori dan sel T sitotoksik. Sel T memori akan mengingat antigen asing yang spesifik dan menjadi aktif bila antigen tersebut masuk lagi dalam tubuh. Sel T sitotoksik secara kimiawi mampu merusak antigen asing dengan mengoyak membran sel. Dengan cara ini, sel T sitotoksik merusak sel-sel yang terinfeksi oleh virus, dan mencegah virus bereproduksi. Sel T ini juga memproduksi sitokin, yang secara kimiawi menarik makrofag menuju area tersebut dan mengaktifkan makrofag untuk memfagosit antigen asing. Sel T teraktivasi lainnya menjadi sel T supresor, yang akan menghentikan respon imun ketika antigen asing telah dirusak. Mekanisme imunitas humoral yaitu pengenalan antigen asing yang dilakukan oleh sel B serta makrofag dan sel T helper. Sel T helper yang tersensititasi menyajikan antigen asing pada sel B, yang memberikan stimulus kuat bagi aktivasi sel B yang spesifik untuk antigen ini. Sel B teraktivasi mulai membelah berkali-kali dan membentuk dua jenis sel yaitu sel B memori yang akan mengingat antigen spesifik dan sel-sel plasma yang menghasilkan antibodi spesifik bagi antigen asing. Antibodi kemudian berikatan dengan antigen membentuk kompleks antigen-antibodi. Ikatan kompleks ini menyebabkan opsonisasi yang berarti bahwa antigen sekarang ditandai untuk difagosit oleh makrofag atau neutrofil (Junqueira, 1997).
            Sel B berperan pada pembentukan imunitas humoral, menjadi matang pada bursa Fabrisius atau organ-ekuivalen dengan bursa pada manusia (sumsum tulang). Sel B mempunyai reseptor imunoglobulin khas pada permukaannya untuk mengenali antigen, berkembang menjadi plasma sel yang membuat antibodi, tak bertangkai dan umumnya terdapat pada Centrum germinativum kelenjar getah bening dan limpa (Johnson, 1994).
            Sel T  berperan menolong sel B untuk menjadi sel plasma pembuat antibodi, berperan pada imunitas seluler serta dalam menekan respon imun, memiliki reseptor khas tertentu pada permukaannya yang berfungsi untuk mengenali suatu antigen dan ditemukan pada daerah prakorteks dan interfolikuler pada kelenjar getah bening dan limpa (Johnson, 1994).
            Sistem imun ekuivalen dengan sistem getah bening yang terdiri dari organ limfoid pusat dan organ limfoid tepi. Organ limfoid pusat terdiri dari sumsum tulang dan timus yang merupakan tempat pematangan sel-sel limfoid sedangkan organ limfoid tepi meliputi limpa, kelenjar getah bening dan saluran-saluran getah bening yang merupakan tempat sel-sel limfoid bereaksi. Sel-sel sistem imun termasuk sel-sel darah putih di dalam tubuh yang berjumlah kira-kira 8000 sel darah putih/mm3 darah terdiri dari granulosit (50% - 80% sel darah putih), limfosit (20% - 45% sel darah putih), monosit dan makrofag (3% - 8%)
(Johnson, 1994).

Tidak ada komentar:

Posting Komentar