Minggu, 24 Juni 2012

FARINGITIS


FARINGITIS
       Faringitis adalah peradangan pada mukosa faring dan sering meluas ke jaringan sekitarnya. Faringitis biasanya timbul bersama-sama dengan tonsilitis, rhinitis dan laryngitis. Faringitis banyak diderita anak-anak usia 5-15 th di daerah dengan iklim panas. Faringitis dijumpai pula pada dewasa yang masih memiliki anak usia sekolah atau bekerja di lingkungan anak-anak.
1.    ETIOLOGI DAN PATOGENESIS
a.       TANDA, DIAGNOSIS & PENYEBAB
       Faringitis mempunyai karakteristik yaitu demam yang tiba-tiba, nyeri tenggorokan, nyeri telan, adenopati servikal, malaise dan mual. Faring, palatum, tonsil berwarna kemerahan dan tampak adanya pembengkakan. Eksudat yang purulen mungkin menyertai peradangan. Gambaran leukositosis dengan dominasi neutrofil akan dijumpai. Khusus untuk faringitis oleh streptococcus gejala yang menyertai biasanya berupa demam tiba-tiba yang disertai nyeri tenggorokan, tonsillitis eksudatif, adenopati servikal anterior, sakit kepala, nyeri abdomen, muntah, malaise, anoreksia, dan rash atau urtikaria.
       Faringitis didiagnosis dengan cara pemeriksaan tenggorokan, kultur swab tenggorokan. Pemeriksaan kultur memiliki sensitivitas 90-95% dari diagnosis, sehingga lebih diandalkan sebagai penentu penyebab faringitis yang diandalkan.27
       Faringitis yang paling umum disebabkan oleh bakteri Streptococcus pyogenes yang merupakan Streptocci Grup A hemolitik. Bakteri lain yang mungkin terlibat adalah Streptocci Grup C, Corynebacterium diphteriae, Neisseria Gonorrhoeae. Streptococcus Hemolitik Grup A hanya dijumpai pada 15-30% dari kasus faringitis pada anak-anak dan 5-10% pada faringitis dewasa. Penyebab lain yang banyak dijumpai adalah nonbakteri, yaitu virus-virus saluran napas seperti adenovirus, influenza, parainfluenza, rhinovirus dan respiratory syncytial virus (RSV). Virus lain yang juga berpotensi menyebabkan faringitis adalah echovirus, coxsackievirus, herpes
simplex virus (HSV). Epstein barr virus (EBV) seringkali menjadi penyebab faringitis akut yang menyertai penyakit infeksi lain. Faringitis oleh karena virus dapat merupakan bagian dari influenza.
b.      FAKTOR RISIKO
Ø  Riwayat demam rematik
Ø  HIV positif, pasien dengan kemoterapi, immunosuppressed
Ø  Diabetes Mellitus
Ø  Kehamilan
Ø  Pasien yang sudah memulai antibiotik sebelum didiagnosis
Ø  Nyeri tenggorokan untuk selama lebih dari 5 hari
c.       KOMPLIKASI
Ø  Sinusitis
Ø  Otitis media
Ø  Mastoiditis
Ø  Abses peritonsillar
Ø  Demam rematik
Ø  Glomerulonefritis.
2.    RESISTENSI
       Resistensi terhadap Streptococcus Grup A dijumpai di beberapa Negara terhadap golongan makrolida dan azalida, namun tidak terhadap Penicillin
3.    TERAPI
a.       OUTCOME
       Mengatasi gejala secepat mungkin, membatasi penyebaran infeksi serta membatasi komplikasi.
b.      TERAPI POKOK
       Terapi antibiotika ditujukan untuk faringitis yang disebabkan oleh Streptococcus Grup A, sehingga penting sekali untuk dipastikan penyebab faringitis sebelum terapi dimulai. Terapi dengan antibiotika dapat dimulai lebih dahulu bila disertai kecurigaan yang tinggi terhadap bakteri sebagai penyebab, sambil menunggu hasil pemeriksaan kultur. Terapi dini dengan
antibiotika menyebabkan resolusi dari tanda dan gejala yang cepat.
Namun perlu diingat adanya 2 fakta berikut:
Ø  Faringitis oleh Streptococcus grup A biasanya sembuh dengan sendirinya, demam dan gejala lain biasanya menghilang setelah 3-4 hari meskipun tanpa antibiotika.
Ø  Terapi dapat ditunda sampai dengan 9 hari sejak tanda pertama kali muncul dan tetap dapat mencegah komplikasi.
       Sejumlah antibiotika terbukti efektif pada terapi faringitis oleh Streptococcus grup A, yaitu mulai dari Penicillin dan derivatnya, cefalosporin maupun makrolida. Penicillin tetap menjadi pilihan karena efektivitas dan keamanannya sudah terbukti, spektrum sempit serta harga yang terjangkau. Amoksisilin menempati tempat yang sama dengan penicilin, khususnya pada anak dan menunjukkan efektivitas yang setara. Lama terapi dengan antibiotika oral rata-rata selama 10 hari untuk memastikan eradikasi Streptococcus, kecuali pada azitromisin hanya 5 hari. Berikut ini adalah panduan pemilihan antibiotika yang dapat digunakan.
Tabel 1. Antibiotika pada terapi Faringitis oleh karena Streptococcus
       Untuk infeksi yang menetap atau gagal, maka pilihan antibiotika yang tersedia adalah eritromisin, cefaleksin, klindamisin ataupun amoksisilinklavulanat.
Tabel 2. Pilihan antibiotika pada terapi faringitis yang gagal
       Terapi faringitis non-streptococcus meliputi terapi suportif dengan menggunakan parasetamol atau ibuprofen, disertai kumur menggunakan larutan garam hangat atau gargarisma khan. Jangan menggunakan aspirin pada anak-anak karena dapat meningkatkan risiko Reye’s Syndrome. Tablet hisap yang mengandung antiseptik untuk tenggorokan dapat pula disarankan.
4.    TERAPI PENDUKUNG
Ø  Analgesik seperti ibuprofen
Ø  Antipiretik
Ø  Kumur dengan larutan garam, gargarisma khan
Ø  Lozenges/ Tablet hisap untuk nyeri tenggorokan.



Tidak ada komentar:

Posting Komentar