Minggu, 24 Juni 2012

BRONKHITIS


BRONKHITIS
       Bronkhitis adalah kondisi peradangan pada daerah trakheobronkhial. Peradangan tidak meluas sampai alveoli. Bronkhitis seringkali diklasifikasikan sebagai akut dan kronik. Bronkhitis akut mungkin terjadi pada semua usia, namun bronkhitis kronik umumnya hanya dijumpai pada dewasa. Pada bayi penyakit ini dikenal dengan nama bronkhiolitis. Bronkhitis akut umumnya terjadi pada musim dingin, hujan, kehadiran polutan yang mengiritasi seperti polusi udara, dan rokok
1.    ETIOLOGI DAN PATOGENESIS
a.       TANDA, DIAGNOSIS & PENYEBAB
Bronkhitis memiliki manifestasi klinik sebagai berikut :
Ø  Batuk yang menetap yang bertambah parah pada malam hari serta biasanya disertai sputum. Rhinorrhea sering pula menyertai batuk dan ini biasanya disebabkan oleh rhinovirus.
Ø  Sesak napas bila harus melakukan gerakan eksersi (naik tangga, mengangkat beban berat)
Ø  Lemah, lelah, lesu
Ø  Nyeri telan (faringitis)
Ø  Laringitis, biasanya bila penyebab adalah chlamydia
Ø  Nyeri kepala
Ø  Demam pada suhu tubuh yang rendah yang dapat disebabkan oleh virus influenza, adenovirus ataupun infeksi bakteri.
Ø  Adanya ronchii
Ø  Skin rash dijumpai pada sekitar 25% kasus
       Diagnosis bronkhitis dilakukan dengan cara: Tes C- reactive protein (CRP) dengan sensitifitas sebesar 80-100%, namun hanya menunjukkan 60-70% spesifisitas dalam mengidentifikasi infeksi bakteri. Metode diagnosis lainnya adalah pemeriksaan sel darah putih, dimana dijumpai peningkatan pada sekitar 25% kasus. Pulse oksimetri, gas darah arteri dan tes fungsi paru digunakan untuk mengevaluasi saturasi oksigen di udara kamar. Pewarnaan Gram pada sputum tidak efektif dalam menentukan etiologi maupun respon terhadap terapi antibiotika.
       Penyebab bronkhitis akut umumnya virus seperti rhinovirus, influenza A dan B, coronavirus, parainfluenza, dan respiratory synctial virus (RSV). Ada pula bakteri atypical yang menjadi penyebab bronkhitis yaitu Chlamydia pneumoniae ataupun Mycoplasma pneumoniae yang sering dijumpai pada anak-anak, remaja dan dewasa. Bakteri atypical sulit terdiagnosis, tetapi mungkin menginvasi pada sindroma yang lama yaitu lebih dari 10 hari. Penyebab bronkhitis kronik berkaitan dengan penyakit paru obstruktif, merokok, paparan terhadap debu,polusi udara, infeksi bakteri.
b.      FAKTOR RISIKO
       Penularan bronkhitis melalui droplet. Faktor risiko terjadinya bronkhitis adalah sebagai berikut:
Ø  Merokok
Ø  Infeksi sinus dapat menyebabkan iritasi pada saluran pernapasan atas dan menimbulkan batuk kronik
Ø  Bronkhiektasi
Ø  Anomali saluran pernapasan
Ø  Foreign bodies
Ø  Aspirasi berulang
c.       KOMPLIKASI
       Komplikasi jarang terjadi kecuali pada anak yang tidak sehat. Komplikasi meliputi antara lain PPOK, bronkhiektasis, dilatasi yang bersifat irreversible dan destruksi dinding bronkhial.
2.    RESISTENSI
       Resistensi dijumpai pada bakteri-bakteri yang terlibat infeksi nosocomial yaitu dengan dimilikinya enzim β-laktamase. Hal ini dijumpai pada H.influenzae, M. catarrhalis, serta S. Pneumoniae.41,30 Untuk mengatasi hal ini, maka hendaknya antibiotika dialihkan kepada amoksisilin-klavulanat, golongan makrolida atau fluoroquinolon.
3.    TERAPI
a.       OUTCOME
       Tanpa adanya komplikasi yang berupa superinfeksi bakteri, bronkhitis akut akan sembuh dengan sendirinya, sehingga tujuan penatalaksanaan hanya memberikan kenyamanan pasien, terapi dehidrasi dan gangguan paru yang ditimbulkannya. Namun pada bronkhitis kronik ada dua tujuan terapi yaitu: pertama, mengurangi keganasan gejala kemudian yang kedua menghilangkan eksaserbasi dan untuk mencapai interval bebas infeksi yang panjang.
b.      TERAPI POKOK
       Terapi antibiotika pada bronkhitis akut tidak dianjurkan kecuali bila disertai demam dan batuk yang menetap lebih dari 6 hari, karena dicurigai adanya keterlibatan bakteri saluran napas seperti S. pneumoniae, H. Influenzae.42,44 Untuk batuk yang menetap > 10 hari diduga adanya keterlibatan Mycobacterium pneumoniae sehingga penggunaan antibiotika disarankan. Untuk anak dengan batuk > 4 minggu harus menjalani pemeriksaan lebih lanjut terhadap kemungkinan TBC, pertusis atau sinusitis.
Tabel 1. Terapi awal pada Bronkhitis
        Antibiotika yang dapat digunakan lihat tabel 5.1, dengan lama terapi 5-14 hari sedangkan pada bronkhitis kronik optimalnya selama 14 hari Pemberian antiviral amantadine dapat berdampak memperpendek lama sakit bila diberikan dalam 48 jam setelah terinfeksi virus influenza A.
4.    TERAPI PENDUKUNG
Ø  Stop rokok, karena rokok dapat menggagalkan mekanisme pertahanan tubuh
Ø  Bronkhodilasi menggunakan salbutamol, albuterol.
Ø  Analgesik atau antipiretik menggunakan parasetamol, NSAID.
Ø  Antitusiv, codein atau dextrometorfan untuk menekan batuk.
Ø  Vaporizer

Tidak ada komentar:

Posting Komentar