Selasa, 31 Juli 2012

Studi Kelayakan Apotek


Sebelum melakukan permohonan ijin pendirian dan pengelolaan apotek, perlu dilakukan perencanaan terlebih dahulu. Hal yang sangat penting dalam sebuah perencanaan apotek adalah studi kelayakan, yaitu suatu rancangan secara komprehensif segala sesuatu tentang rencana pendirian apotek baru untuk dapat melihat kelayakan usaha, baik ditinjau dari pengabdian profesi maupun dari segi ekonominya. Dalam studi kelayakan diperlukan perhitungan yang matang sehingga apotek yang akan didirikan nanti tidak mengalami kerugian. Hasil dari studi kelayakan bisnis adalah laporan tertulis yang menyatakan bahwa suatu rencana bisnis layak direalisasikan (Hartini dan Sulasmono, 2007).Studi kelayakan ini kemudian dipresentasikan oleh Apoteker Pengelola Apotek (APA) di hadapan wakil Gabungan Pengusaha Farmasi (GPF), Organisasi Profesi (Ikatan Apoteker Indonesia, IAI), dan wakil pemerintah (petugas dari Dinas Kesehatan).Pertimbangan yang menjadikan studi kelayakan bersifat realistis antara lain:
1.  Kepadatan penduduk yaitu tingkat kepadatan penduduk daerah sekitar lokasi apotek. Makin padat penduduk maka kebutuhan sarana pelayanan kesehatan lebih besar,
2. Pelayanan kesehatan, dengan melihat jumlah sarana pelayanan kesehatan dan tingkat kepadatan penduduk, dapat diketahui berapa banyak yang belum terlayani,
3.    Tingkat kehidupan, taraf kehidupan masyarakat disekitar juga menjadi pertimbangan, karena makin tinggi taraf hidup biasanya masyarakat makin memperhatikan kesehatan. Sehingga perlu sarana pelayanan kesehatan salah satunya apotek,
4.   Tingkat pendidikan dan tingkat kesehatan masyarakat, makin tinggi tingkat pendidikan masyarakat akan makin kritis terhadap masalah kesehatan, dan
5. Untuk mematangkan perencanaan, pertimbangan-pertimbangan tersebut dapat dianalisa dengan menggunakan analisa SWOT (strength, weakness, opportunity and threat)(Hartini dan Sulasmono, 2007).
Studi kelayakan apotek meliputi beberapa aspek yaitu lokasi, permodalan, analisa pasar, analisa keuangan, serta aspek teknis.
a.       Aspek Lokasi
Berkaitan dengan lokasi apotek, perlu diperhatikan kepadatan dan jumlah penduduk, keadaan sosial ekonomi dan tingkat pendidikan masyarakat setempat, jarak dengan apotek lain, jumlah apotek yang ada pada lokasi yang sama, fasilitas kesehatan yang ada di sekitar lokasi apotek, misalnya: Puskesmas, Rumah Sakit, dokter praktek, dan lain-lain.
b.      Aspek Permodalan
Berkaitan dengan besarnya modal yang akan ditanamkan serta berapa lama investasi atau modal yang ditanamkan tersebut akan kembali.
c.       Analisa Pasar
Pada analisa ini yang perlu menjadi perhatian adalah perkiraan jumlah resep yang dapat diserap dari masing-masing dokter, poliklinik, atau rumah sakit di sekitar apotek, harga obat tiap resep dan keadaan penduduk sekitar lokasi yang meliputi jumlah penduduk, tingkat pendidikan penduduk, tingkat sosial ekonomi, dan prilaku penduduk dalam menggunakan obat.
d.      Analisa Keuangan
Studi kelayakan dilakukan untuk meyakinkan bahwa semua sumber daya dan keahlian dapat digunakan untuk mendirikan sebuah apotek. Selain memuat beberapa persyaratan pendirian apotek yang telah dipenuhi, hal terpenting dari studi kelayakan adalah prospek pemasaran yang digambarkan dengan melakukan perencanaan dan evaluasi perkiraan biaya yang akan dikeluarkan tiap bulannya (RAPB atau Rencana Anggaran Pendapatan dan Belanja) yang di dalamnya mencakup biaya rutin perbulan dan pertahun, proyeksi pendapatan, pengeluaran rutin, perkiraan laba-rugi, perhitungan Pay Back Periode(PBP), Return On Investment (ROI), dan Break Even Point (BEP).
1)      Break Even Point (BEP)
Adalah suatu teknik analisa yang menunjukkan suatu keadaan usaha tidak mengalamikeuntungan ataupun kerugian.Untuk mempertahankan kontinuitas usaha, apotek harus menjaga tingkat keseimbangan antara hasil penjualan (total revenue) atau laba yang diperoleh dengan biaya total. Analisa pendekatan yang digunakan adalah metode Break Even Analysis. Fungsi analisa break even antara lain :
a)      Digunakan untuk perencanaan laba (profit planning).
b)      Sebagai alat pengendalian (controlling).
c)      Sebagai alat pertimbangan dalam menentukan harga jual.
d)     Sebagai alat pertimbangan dalam mengambil keputusan.



2)   Return On Investment (ROI)
Untuk mengetahui apakah modal yang ditanam di apotek lebih menguntungkan daripada investasi di bank maka dapat digunakan ROI (Return on Investment). ROI merupakan analisa hasil usaha.
Rumus Return On Investment (ROI)


 
ROI yang baik adalah lebih besar daripada jasa pinjaman rata-rata. Besarnya ROI yang diperoleh merupakan tingkat pengembangan usaha suatu perusahaan (Anief, 2005).
3)   Pay Back Period (PBP)
Pay Back Period digunakan untuk menghitung berapa lama modal yang kita keluarkan akan kembali (balik modal).
Rumus Pay Back Period  (Anief, 2005).



 
Semakin kecil waktu balik modal, maka semakin prospektif pendirian apotek, hal ini menandakan semakin besar tingkat pengembalian modal dan keuntungan bersih rata-rata juga besar (Anief, 2005).
e.       Aspek Teknis
Pada teknisnya pengelolaan apotek merupakan tanggung jawab APA yang dalam pengelolaan sehari-hari dibantu oleh Asisten Apoteker.Strategi pengembangan apotek dapat dilakukan dengan cara seperti tersedianya ruang praktek dokter, baik dokter umum maupun dokter spesialis, laboratorium, dan wartel di samping gedung apotek. Apotek dapat melakukan hubungan kerja sama dengan instansi, kantor, supermarket, atau perusahaan yang ada di kota setempat. Selain itu, pengembangan usaha apotek dapat dilakukan dengan cara menjual produk selain obatantara lain:
·    susu, makanan dan alat-alat keperluan bayi seperti botol susu, ataupun keperluan ibu misalnya breast pump;
·         alat-alat laboratorium dan alat-alat kedokteran; dan atau
·         kosmetika.

Keywords : Analisis SWOT, Break Event Point (BEP), Return of Investment (ROI), Pay Back Period (PBP)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar