Kamis, 19 Juli 2012

Analisis Senyawa Kortikosteroid (hidrokortison asetat, deksametason, betametason, betametason 17-valerat dan triamsinolon asetonida) dalam Kosmetik (cair dan krim) secara Kromatografi Lapis Tipis (KLT) dan Kromatografi Cair Kinerja Tinggi (KCKT)


METODE ANALISIS
IDENTIFIKASI SENYAWA KORTIKOSTEROID DALAM KOSMETIKA
SECARA KROMATOGRAFI LAPIS TIPIS (KLT) DAN
KROMATOGRAFI CAIR KINERJA TINGGI (KCKT)
A. IDENTIFIKASI SECARA KLT
1. Ruang lingkup
       Metode ini menguraikan prosedur untuk identifikasi senyawa kortikosteroid: hidrokortison asetat, deksametason, betametason, betametason 17-valerat dan triamsinolon asetonida dalam kosmetika.
2. Prinsip
       Senyawa kortikosteroid dalam contoh diekstraksi dan diidentifikasi secara KLT.
3. Baku Pembanding (BP)
3.1. Hidrokortison asetat BP
3.2. Deksametason BP
3.3. Betametason BP
3.4. Betametason 17-valerat BP
3.5. Triamsinolon asetonida BP
4. Pereaksi
       Seluruh pereaksi yang digunakan harus pro analisis
4.1. Air destilasi
4.2. Anisaldehida
4.3. Asam asetat glasial
4.4. Asam sulfat pekat
4.5. Biru tetrazolium
4.6. Diklorometan
4.7. Etil asetat
4.8. Metil asetat
4.9. Metanol
4.10. Natrium hidroksida
4.11. Larutan asam klorida 0,5 M
4.12. Larutan amonium hidroksida 0,5 M
4.13. Larutan pengembang: buat campuran diklorometan-metil asetat-air (100:50:50) v/v/v, gunakan lapisan bawah dari campuran.
4.14. Larutan penampak bercak
4.14.1. Masukkan 50 mL asam asetat glasial ke dalam labu Erlenmeyer bertutup 100 mL, tambahkan 0,5 mL anisaldehida, dan 11 mL asam sulfat pekat. Kocok perlahan.
4.14.2. Penampak bercak lainnya2
Larutan biru tetrazolium basa: buat campuran larutan biru tetrazolium 0,2% dalam metanol dan larutan natrium hidroksida 12% dalam metanol (1:3) yang dibuat baru.
5. Peralatan
       Peralatan laboratorium yang umum digunakan dan
5.1. Bejana kromatografi
5.2. Lampu UV 254 nm
5.3. Tabung sentrifus bertutup 30 mL
5.4. Lempeng KLT silika gel 60F254 siap pakai, tebal 0,25 mm
5.5. Oven
5.6. Penyaring membran PVDF(Polyvinylidene difluoride), porositas 0,45 μm atau yang setara
5.7. pH meter
5.8. Tangas air
5.9. Tangas ultrasonik
6. Prosedur
6.1 Penyiapan larutan baku
6.1.1 Larutan baku
Timbang saksama lebih kurang 10 mg masing-masing baku pembanding, masukkan ke dalam masing-masing labu tentukur 10-mL. Tambahkan 5 mL metanol dan sonikasi selama 5 menit. Encerkan dengan metanol sampai tanda.
6.1.2 Larutan baku campuran
Timbang saksama lebih kurang 10 mg setiap baku pembanding, masukkan ke dalam sebuah labu tentukur 10-mL. Tambahkan 5 mL metanol dan sonikasi selama 5 menit. Encerkan dengan metanol sampai tanda.
6.2 Penyiapan larutan uji
6.2.1 Produk cair
Pipet 15 mL contoh dan atur pH hingga 7 dengan larutan asam klorida 0,5 M atau larutan amonium hidroksida 0,5 M. Lakukan ekstraksi 2 kali, setiap kali dengan 20 mL etil asetat. Buang lapisan air. Kumpulkan ekstrak (jika perlu disaring) dalam cawan penguap. Uapkan sampai kering di atas tangas air. Larutkan residu dalam 5 mL metanol dan saring melalui penyaring membran dengan porositas 0,45 μm.
6.2.2 Produk krim
Timbang saksama lebih kurang 5 g contoh, masukkan ke dalam tabung sentrifus dan larutkan dengan 20 mL metanol. Panaskan di atas tangas air selama 10 menit dan kocok kuat selama 5 menit menggunakan pengocok. Sentrifus pada kecepatan 3000-4000 rpm selama 10 menit dan masukkan dalam lemari pembeku selama 10 menit. Pindahkan dan uapkan beningan hingga kering di atas tangas air. Larutkan residu dalam 5 mL metanol dan saring melalui penyaring membran dengan porositas 0,45 μm.
6.3 Prosedur KLT
6.3.1 Jenuhkan bejana kromatografi dengan larutan pengembang.
6.3.2 Totolkan secara terpisah, sejumlah volume sama (lebih kurang 20 μL) larutan baku dari masing-masing baku pembanding, larutan baku campuran dan larutan uji pada lempeng,
6.3.3 Kembangkan lempeng hingga jarak rambat larutan pengembang mencapai 15 cm dari batas penotolan.
6.3.4 Angkat lempeng dan keringkan pada suhu ruang.
6.3.5 Amati bercak di bawah penyinaran lampu UV 254 nm dan tandai posisi bercak.
6.3.6 Semprot lempeng dengan larutan penampak bercak anisaldehid dan biarkan lempeng sampai kering.
6.3.7 Masukkan lempeng ke dalam oven pada suhu 120°C selama 10 menit dan amati bercak.
7. Identifikasi
7.1 Hitung nilai Rf untuk masing-masing bercak.
7.2 Bandingkan nilai Rf bercak yang diperoleh dari larutan uji dengan larutan baku, dan warna bercak dibawah penyinaran lampu UV serta warna bercak setelah penyemprotan dengan larutan penampak bercak.

8. Keterangan
8.1. Metode ini dapat juga digunakan untuk identifikasi senyawa kortikosteroid berikut; kortison asetat, prednisolon, prednison, flusinolon asetonida, betametason 21-valerat dan hidrokortison.
8.2. Jika terdapat senyawa kortikosteroid dalam contoh, lakukan pengujian lebih lanjut secara KCKT.
B. IDENTIFIKASI SECARA KCKT
1. Ruang Lingkup
       Metode ini menjelaskan prosedur lebih lanjut untuk identifikasi senyawa kortikosteroid: hidrokortison asetat, deksametason, betametason, betametason 17-valerat dan triamsinolon asetonida dalam kosmetika.
2. Prinsip
       Senyawa kortikosteroid dalam contoh diekstraksi dan diidentifikasi secara KCKT fase balik dengan deteksi ultra violet.
3. Baku Pembanding (BP)
3.1 Hidrokortison asetat BP
3.2 Deksametason BP
3.3 Betametason BP
3.4 Betametason 17-valerat BP
3.5 Triamsinolon asetonida BP
4. Pereaksi
       Seluruh pereaksi yang digunakan harus pro analisis dan sesuai untuk KCKT
4.1 Air bidestilasi
4.2 Asetonitril
4.3 Etil asetat
4.4 Larutan amonium hidroksida 0,5 M
4.5 Larutan asam klorida 0,5 M
4.6 Metanol
4.7 Fase gerak: campuran asetonitril dengan air secara eluasi gradien.



5. Peralatan
       Peralatan laboratorium yang umum digunakan dan
5.1 Tangas air, suhu 60°C
5.2 KCKT dengan detektor ultra violet
5.3 Kolom analitik: kolom baja tahan karat 250 x 4,6 mm, berisi
oktadesilsilana dengan ukuran partikel 5 μm, atau yang setara
5.4 pH meter
5.5 Penyaring membran dengan porositas 0,45 μm
5.6 Tangas ultrasonik
6. Prosedur
6.1. Penyiapan larutan baku
6.1.1 Larutan baku
Timbang saksama lebih kurang 10 mg masing-masing baku pembanding, masukkan ke dalam masing-masing labu tentukur 10-mL. Tambahkan 5 mL metanol dan sonikasi selama 5 menit. Encerkan dengan metanol sampai tanda.
Saring melalui penyaring membran dengan porositas 0,45 μm.
6.1.2 Larutan baku campuran
Timbang saksama lebih kurang 10 mg setiap baku pembanding, masukkan ke dalam sebuah labu ukur 10-mL. Tambahkan 5 mL metanol dan sonikasi selama 5 menit.
Encerkan dengan metanol sampai tanda. Saring melalui penyaring membran dengan porositas 0,45 μm.
6.2. Penyiapan larutan uji
6.2.1 Produk cair
Pipet 15 mL contoh dan atur pH hingga 7 dengan larutan asam klorida 0,5 M atau larutan amonium hidroksida 0,5 M. Lakukan ekstraksi 2 kali, setiap kali dengan 20 mL etil asetat. Buang lapisan air. Kumpulkan ekstrak (jika perlu disaring) dalam cawan penguap. Uapkan sampai kering di atas tangas air. Larutkan residu dalam 5 mL metanol dan saring melalui penyaring membran dengan porositas 0,45 μm..
6.2.2 Produk krim
Timbang saksama lebih kurang 5 g contoh, masukkan ke dalam labu sentrifus dan larutkan dengan 20 mL metanol. Panaskan di atas tangas air selama 10 menit dan kocok kuat selama 5 menit. Sentrifus pada kecepatan 3000-4000 rpm selama 10 menit dan masukkan dalam lemari pembeku selama 10 menit. Pindahkan dan  uapkan beningan hingga kering di atas tangas air. Larutkan residu dalam 5 mL metanol dan saring melalui penyaring membran dengan porositas 0,45 μm.
6.3. Prosedur KCKT
6.3.1 Kondisi :
Laju alir : 1,2 mL/menit
Detektor UV : 245 nm
Volume injeksi : 20 μL
6.3.2 Kesesuaian sistem
Suntikkan larutan baku dan rekam kromatogram. Injeksikan 6 kali untuk memastikan luas puncak konstan. Simpangan baku relatif (SBR) pada penyuntikan ulang kurang dari 1% untuk waktu retensi dan kurang dari 2%
untuk luas puncak.
6.3.3 Suntikkan secara terpisah, sejumlah volume sama larutan baku dari masing-masing baku pembanding, larutan baku campuran dan larutan uji pada kromatograf.
6.3.4 Bandingkan waktu retensi dari kromatogram yang diperoleh dari larutan uji dan larutan baku.
7. Identifikasi
7.1 Perbedaan waktu retensi larutan baku pembanding dan larutan uji tidak lebih dari 1%.
7.2 Perkiraan waktu retensi (tR) untuk senyawa kortikosteroid adalah sebagai berikut :



8. Batas deteksi dan batas kuantitasi

9. Keterangan
       Metode ini dapat juga digunakan untuk identifikasi senyawa kortikosteroid berikut; kortison asetat, prednisolon, prednison, flusinolon asetonida, betametason 21-valerat dan hidrokortison.
C. KESIMPULAN
       Hasil dari pengujian KLT dan KCKT dapat digunakan untuk menyimpulkan adanya Hidrokortison asetat, Deksametason, Betametason, Betametason 17-valerat Dan Triamsinolon asetonida dalam kosmetika.




Sumber : 
PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR HK.03.1.23.08.11.07331 TAHUN 2011 TENTANG METODE
ANALISIS KOSMETIKA

Tidak ada komentar:

Posting Komentar